Pilgub Jatim, KARSA DUET KAJI PUTARAN KEDUA REBUT PARTAI KALAH

Surabaya AWAS !!
Diprediksi pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) akan bersaing ketat dengan pasangan Khofifah-Mudjiono (Kaji) pada putaran kedua pilihan Gubernur Jawatimur nanti. Pasalnya dasi hasil Lembaga Survey Indonesia (LSI) beda perolehan suara keduanya sangat tipis yakni Karsa mendapat 26,99 persen dan Kaji 25,37 persen, sementara SR 20,94 persen, Salam 18,87 persen dan Achsan 7,84 persen.
menurut Hariadi salah satu Pengamat Politik Unair Surabaya, mengatakan pola koalisi baru yang akan mereka bentuk. Entah itu dengan partai, organisasi non partai seperti ormas dan kelompok sosial lainnya.
“Kemenangannya sangat bergantung pada pola koalisi baru yang akan dibentuk. Saat ini, keduanya tampaknya masih mencoba mengatur strategi lagi,” katanya, Kamis (24/7/2008).
Kemungkinan besar bentuk koalisi dengan partai yang calonnya kalah di putaran pertama 23 Juli kemarin, sangat terbuka lebar.”yang akan dijadikan rebutan dalam koalisi adalah Partai Golkar dan PDIP, katanya lagi.
Sementara PKB lebih masuk akal jika berkoalisi dengan KarSa. Sebab, salah satu kekuatan informal pendukung Kaji adalah PKNU, yang merupakan sempalan dari PKB. Jelas, Gus Dur tidak akan mau bergabung dengan PKNU.
Alasan selanjutnya, kata Hariadi, di belakang Kaji ada Hasjim Muzadi yang tidak mencoba mengoptimalisasi gerak dari elite struktural NU. Selain itu, Hasjim Muzadi juga berseberangan dengan Gus Dur.
“Kalau melihat itu, sangat masuk akal jika secara struktural PKB akan bergabung dengan KarSa. Karena di Kaji ada Hasjim Muzadi dan PKNU, yang keduanya berseberangan dengan Gus Dur,” ujarnya.
Sementara suara pasangan Soenarjo-Ali Maschan (Salam) yang diusung Partai Golkar, peluangnya fifty-fifty mendukung Karsa dan Kaji. Namun demikian, Hariadi memprediksi jika Salam lebih mungkin berkoalisi dengan Karsa. Tapi dengan catatan mempertimbangkan relasi dengan Ali Maschan Moesa.
Hal itu disebabkan, Salam sangat dikecewakan Hasjim Muzadi. Sebelum mendukung Kaji, lanjut Hariadi, Hasjim mendukung Salam.
Selain itu, secara personal, Soenarjo lebih dekat dengan Soekarwo. Keduanya mempunyai latar belakang sejarah yang panjang. Sama-sama pernah duduk di pemerintahan dan partai Golkar.
Meski keduanya juga pernah terlibat perang dingin sewaktu menjabat sebagai wagub dan sekdaprop, namun dengan kekalahan Soenarjo saat ini, hal itu bisa dicairkan lagi. Perang dingin keduanya tidak berarti jika dibandingkan dengan perang dingin antara Salam dengan Kaji dalam hal ini Hasjim Muzadi. Dan itu, menurut Hariadi tidak terbantahkan.
“Salam pernah dikecewakan Hasjim karena ternyata lebih mendukung Kaji. Karena itu, peluangnya lebih besar jika Salam mengalihkan dukungannya ke KarSa,” tuturnya.
Sementara untuk suara Sutjipto-Ridwan (SR) yang diusung PDIP, Hariadi juga memprediksi fifty-fifty antara Karsa dan Kaji. Sebab, PDIP merupakan partai yang pragmatis.
Setelah calonnya kalah, menurutnya, PDIP akan menggunakan pilgub putaran kedua ini sebagai konsolidasi partai dan lebih beracuan pada peraihan material. Jika benar raihan material yang dipilih PDIP, maka kemungkinannya PDIP akan memberikan suaranya pada calon yang masih berlimpah materi.
Dalam pengamatannya, pasangan Kaji yang masih mempunyai banyak materi saat ini. Sementara Karsa sudah kerepotan memobilisasi dana. Kalaupun pada akhirnya mendukung Karsa, itu karena pertimbangan ideologis.
“PDIP itu cenderung lebih pragmatis. Jika mendukung Kaji berarti karena pragmatis. Kalaupun ke Karsa lebih karena pertimbangan ideologis,” pungkasnya.(tim)


No comments:

Write a Comment


Top