Powered by Blogger.
Blog Archive
-
▼
2014
(233)
-
▼
January
(31)
- Kepala Kantor Pertanahan Jombang Diperiksa Kejaksaan
- Gus Solah Lepas Ribuan Peserta Napak Tilas Resolus...
- Tuntut Kades Mundur Balai Desa Kedungturi Gudo Dig...
- Jual Miras di Acara Dangdut, Kasri Ditangkap Polis...
- Dua Gadis ABG Jombang Pesta Cukrik dengan 3 Pemuda
- Gadis Ingusan Jombang Digilir 2 'Buaya Darat' di T...
- Satpol PP Jombang Hentikan Pembangunan Super Marke...
- Mutasi 166 Pejabat Jombang Bernuansa Balas Dendam ...
- Beli Perhiasan di Pasar Citra Niaga Jombang, Rp 4 ...
- Pelajar di Jombang Konsumsi Pil Koplo
- Gelapkan Tanah Kas Desa, Kades di Bareng Jombang J...
- Ngecer Togel, Warga Tionghoa Ditangkap Polisi Jombang
- Bandit Jalanan Asal Mojowarno Digebuki Massa di Ngoro
- Jual Bakso 'Rasa' Togel, Sunarman Ditangkap Polisi...
- Dukun Pengganda Uang Dibekuk, 5 Jimat Disita
- Parkir RSUD Jombang Kemasukan Maling, 1 Motor Hilang
- Menantu Jadi Tersangka, Ini Komentar Wabup Jombang
- Menantu Wabup Jombang Jadi Tersangka Kasus Tabrak ...
- Lantunan Salawat Sambut Kedatangan SBY di Tebuiren...
- Aktivis Jombang Demo Tolak Kedatangan SBY Dua Pans...
- Ludruk dan Barongsai Meriahkan Tahun Baru di Jombang
- Penyiar Radio dari Tunggorono Jombang Dibekuk Poli...
- Puncak Haul Gus Dur, Ansor Jombang Terjunkan Densu...
- Bus Sugeng Rayahu Trauma Lewat Perak Jombang
- Tewaskan Warga di Jombang, Bus Sugeng Rahayu Dibak...
- Penghujung Tahun, Dai Cilik Jombang Kawinkan Dua G...
- Seribu Lilin untuk Gus Dur dari Klenteng Jombang
- Warga Jombang Tertembak saat Natal, Briptu S Dinil...
- Warga Mojowarno Jombang Tewas Tertembak saat Rayak...
- Diguyur Hujan, Ruangan MAN Keboan Ngusikan Jombang...
- Ingin Jadi Anggota Dewan, Caleg Dibekali Wirid
-
▼
January
(31)
Contributors
Kamis, 23 Januari 2014 20:01:10
Reporter : Yusuf Wibisono
Foto ilustrasi.
Jombang (beritajatim.com) - Kepala Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jombang, Budi Sardjono menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat, Kamis (23/1/2014). Ia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penyalahgunaan penjualan tanah kas desa (TKD) tahun 2011 Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang senilai Rp 224 juta.
Dalam kasus yang sudah menyeret dua tersangka ini, BPN diduga memiliki keterlibatan kuat selama proses penerbitan sertifikat tanah dari berstatus aset desa berubah menjadi aset pribadi atau perserongan. "Untuk sementara kepala Kantor Pertanahan diperiksa dalam kapasitas sebagai saksi," ujar Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri Jombang Hafidi, usai pemeriksaan.
Dua orang tersangka sebelumnya adalah Kades Sumarmi dan kakaknya, Purnyoto. Sementara itu, pemeriksaa pimpinan pejabat pertahanan tersebut berjalan hampir lima jam. Di ruang penyidik, dia dicecar kurang lebih sebanyak 23 pertanyaan. Meliputi seputar proses penerbitan sertfikat hingga mekanisme atau prosedur yang dipegang Kantor Pertahanan.
Sehingga mereka dinilai berani merubah sertifikat TKD seluas 1.830 meter persegi yang terletak diantara Dusun Mutersari dan Dusun Dadirejo. Dari semula sebagai aset desa berubah menjadi pengusaan pribadi, atas nama Phovy Hari Isnanti. Phovy merupakan anak pembeli dari tanah seharga Rp 244 juta, bernama Suhartono asal Sidoarjo.
Hafidi menjelaskan, selama pemeriksaan kepada penyidik Budi mengaku, sebelum memproses Kantor Pertanahan pernah menerima pengajuan pengalihan sertifikat kepemilikan sertifikat hak tanah pada Desember 2011 lalu. Saat itu pengajuannya disampaikan warga mengaku bernama Sutikno. Kepada Kantor Pertanahan, kata Hafidi, Sutikno mengklaim sebagai ahli waris dari almarhum Supriyatin (pemilik tanah). Sekaligus berperan menjual tanah seluas 1.830 meter persegi kepada Suhartono.
Meski Badan Pertanahan mengakui, proses pengalihan sertifikat TKD berubah menjadi hak milik pribadi belakangan dilengkapi dengan dokumen-dokumen penjualan, namun penyidik justru menemukan kejanggalan. Yakni keberadaan sang penjual tanah, Sutikno. Sebab saat kejaksaan melayangkan surat pemanggilan kepada Sutikno yang disebut-sebut warga Dusun Ngrimbi RT 05 Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng untuk diperiksa, kejaksaan tidak menemukan warga dengan identitas dan alamat sama. Surat panggilan itu akhirnya kembali ke
ke kejaksaan.
"Sementara kami belum dapat menyimpulkan apakah ada keterlibatan Kantor Pertanahan dalam kasus dugaan penyalahgunaan TKD tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan adanya indikasi penyalahgunaan wewenang," pungkasnya. [suf/but]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kepala Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jombang, Budi Sardjono menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat, Kamis (23/1/2014). Ia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penyalahgunaan penjualan tanah kas desa (TKD) tahun 2011 Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang senilai Rp 224 juta.
Dalam kasus yang sudah menyeret dua tersangka ini, BPN diduga memiliki keterlibatan kuat selama proses penerbitan sertifikat tanah dari berstatus aset desa berubah menjadi aset pribadi atau perserongan. "Untuk sementara kepala Kantor Pertanahan diperiksa dalam kapasitas sebagai saksi," ujar Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri Jombang Hafidi, usai pemeriksaan.
Dua orang tersangka sebelumnya adalah Kades Sumarmi dan kakaknya, Purnyoto. Sementara itu, pemeriksaa pimpinan pejabat pertahanan tersebut berjalan hampir lima jam. Di ruang penyidik, dia dicecar kurang lebih sebanyak 23 pertanyaan. Meliputi seputar proses penerbitan sertfikat hingga mekanisme atau prosedur yang dipegang Kantor Pertahanan.
Sehingga mereka dinilai berani merubah sertifikat TKD seluas 1.830 meter persegi yang terletak diantara Dusun Mutersari dan Dusun Dadirejo. Dari semula sebagai aset desa berubah menjadi pengusaan pribadi, atas nama Phovy Hari Isnanti. Phovy merupakan anak pembeli dari tanah seharga Rp 244 juta, bernama Suhartono asal Sidoarjo.
Hafidi menjelaskan, selama pemeriksaan kepada penyidik Budi mengaku, sebelum memproses Kantor Pertanahan pernah menerima pengajuan pengalihan sertifikat kepemilikan sertifikat hak tanah pada Desember 2011 lalu. Saat itu pengajuannya disampaikan warga mengaku bernama Sutikno. Kepada Kantor Pertanahan, kata Hafidi, Sutikno mengklaim sebagai ahli waris dari almarhum Supriyatin (pemilik tanah). Sekaligus berperan menjual tanah seluas 1.830 meter persegi kepada Suhartono.
Meski Badan Pertanahan mengakui, proses pengalihan sertifikat TKD berubah menjadi hak milik pribadi belakangan dilengkapi dengan dokumen-dokumen penjualan, namun penyidik justru menemukan kejanggalan. Yakni keberadaan sang penjual tanah, Sutikno. Sebab saat kejaksaan melayangkan surat pemanggilan kepada Sutikno yang disebut-sebut warga Dusun Ngrimbi RT 05 Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng untuk diperiksa, kejaksaan tidak menemukan warga dengan identitas dan alamat sama. Surat panggilan itu akhirnya kembali ke
ke kejaksaan.
"Sementara kami belum dapat menyimpulkan apakah ada keterlibatan Kantor Pertanahan dalam kasus dugaan penyalahgunaan TKD tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan adanya indikasi penyalahgunaan wewenang," pungkasnya. [suf/but]
Minggu, 24 Nopember 2013 11:10:52
Reporter : Yusuf Wibisono
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) – Pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah melepas ribuan peserta 'ngonthel' napak tilas Resolusi Jihad, Minggu (24/11/2013). Acara napak tilas itu dilepas dari halaman Ponpes Tebuireng. Para peserta akan menyusuri rute sepanjang 86 kilometer, yakni finish di Kantor PCNU Surabaya, Jl Bubutan.
Sejak malam hari, ribuan peserta dari berbagai daerah itu sudah memadati Ponpes Tebuireng. Mereka disuguhi pemutaran film 'Sang Kiai'. Pagi harinya, peserta dari berbagai wilayah di Jatim sudah bersiap di garis start dengan mengendarai sepeda angin. Sejurus kemudian, Gus Solah memberikan sambutan.
Dia mengatakan, Resolusi Jihad digelorakan oleh para ulama NU pada 68 tahun lalu. Saat itu, KH Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa yang berisi kwajiban mengusir penjajah bagi umat Islam. Lewat fatwa itulah perang 10 November 1945 di Surabaya pecah. Hingga akhirnya, tentara sekutur berhasil dipukul mundur oleh arek-arek Surabaya.
"Artinya, perang 10 November tidak lepas dari peran ulama waktu itu. Namun sayang, peran besar ulama NU tersebut seolah tersobek dari lembat sejarah," kata Gus Solah di hadapan ribuan peserta.
Gus Solah menandaskan, untuk konteks hari ini Resolusi Jihad bukan lagi mengusir penjajah. Namun ada hal yang lebih besar, yakni menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Selain itu, semangat Jihad juga perang melawan praktik korupsi yang semakin menggurita. "Peringatan resolusi jihad ini sekaligus sebagai inspirasi untuk melawan korupsi," katanya.
Selanjutnya, pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang ini mengibarkan bendera sebagai pertanda dimulainya ngonthel menuju Surabya. Begitu bendera dikabarkan, para peserta langsung mengayuh sepeda yang dikenakan. Para peserta kebanyakan berdandan ala pejuang tempo dulu. Sepanjang perjalanan, warga berderet di pinggir jalan untuk menyaksikan perhelatan tersebut.
Napak tilas Resolusi Jihad NU tersebut mendapatkan apresiasi positif dari warga Jombang yang notabene sebagai tuan rumah. Salah satunya adalah Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa, Kecamatan Gudo, Jombang.
Menurutnya, napak tilas Resolusi Jihad NU sangat penting dilakukan. Pasalnya, selama ini jejak rekam Resolusi Jihad NU seakan-akan dihilangkan dari lembar sejarah. Padahal kemerdekaan RI tidak bisa lepas dari fatwa para ulama yang dipimpin KH Hasyim Asyari tersebut.
Gus Dimas juga berharap ke depan acara Napak Tilas Resolusi Jihad NU bisa dijadikan agenda tahunan. Dengan begitu, bakal menjadi ingatan dan teladan bagi rakyat Indonesia tentang peran ulama dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. Dia juga mengatakan bahwa ngonthel bareng dalam rangka peringatan Resolusi Jihad ini sangat bermanfaat.
"Disitu kita bisa mengambil hikmah, bisa membayangkan seperti apa pendahulu NU kita dulu berjuang. Manfaat yang tak kalah penting adalah moment ini bisa kita jadikan sarana konsolidasi internal NU, agar tetap kompak di semua elemen, tidak terpecah dengan masalah apa pun, terutama ditahun politik yang rawan dan sensitif ini," pungkas Gus Dimas ketika berada di lokasi pemberangkatan peserta. [suf/kun]
Sejak malam hari, ribuan peserta dari berbagai daerah itu sudah memadati Ponpes Tebuireng. Mereka disuguhi pemutaran film 'Sang Kiai'. Pagi harinya, peserta dari berbagai wilayah di Jatim sudah bersiap di garis start dengan mengendarai sepeda angin. Sejurus kemudian, Gus Solah memberikan sambutan.
Dia mengatakan, Resolusi Jihad digelorakan oleh para ulama NU pada 68 tahun lalu. Saat itu, KH Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa yang berisi kwajiban mengusir penjajah bagi umat Islam. Lewat fatwa itulah perang 10 November 1945 di Surabaya pecah. Hingga akhirnya, tentara sekutur berhasil dipukul mundur oleh arek-arek Surabaya.
"Artinya, perang 10 November tidak lepas dari peran ulama waktu itu. Namun sayang, peran besar ulama NU tersebut seolah tersobek dari lembat sejarah," kata Gus Solah di hadapan ribuan peserta.
Gus Solah menandaskan, untuk konteks hari ini Resolusi Jihad bukan lagi mengusir penjajah. Namun ada hal yang lebih besar, yakni menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Selain itu, semangat Jihad juga perang melawan praktik korupsi yang semakin menggurita. "Peringatan resolusi jihad ini sekaligus sebagai inspirasi untuk melawan korupsi," katanya.
Selanjutnya, pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang ini mengibarkan bendera sebagai pertanda dimulainya ngonthel menuju Surabya. Begitu bendera dikabarkan, para peserta langsung mengayuh sepeda yang dikenakan. Para peserta kebanyakan berdandan ala pejuang tempo dulu. Sepanjang perjalanan, warga berderet di pinggir jalan untuk menyaksikan perhelatan tersebut.
Napak tilas Resolusi Jihad NU tersebut mendapatkan apresiasi positif dari warga Jombang yang notabene sebagai tuan rumah. Salah satunya adalah Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa, Kecamatan Gudo, Jombang.
Menurutnya, napak tilas Resolusi Jihad NU sangat penting dilakukan. Pasalnya, selama ini jejak rekam Resolusi Jihad NU seakan-akan dihilangkan dari lembar sejarah. Padahal kemerdekaan RI tidak bisa lepas dari fatwa para ulama yang dipimpin KH Hasyim Asyari tersebut.
Gus Dimas juga berharap ke depan acara Napak Tilas Resolusi Jihad NU bisa dijadikan agenda tahunan. Dengan begitu, bakal menjadi ingatan dan teladan bagi rakyat Indonesia tentang peran ulama dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. Dia juga mengatakan bahwa ngonthel bareng dalam rangka peringatan Resolusi Jihad ini sangat bermanfaat.
"Disitu kita bisa mengambil hikmah, bisa membayangkan seperti apa pendahulu NU kita dulu berjuang. Manfaat yang tak kalah penting adalah moment ini bisa kita jadikan sarana konsolidasi internal NU, agar tetap kompak di semua elemen, tidak terpecah dengan masalah apa pun, terutama ditahun politik yang rawan dan sensitif ini," pungkas Gus Dimas ketika berada di lokasi pemberangkatan peserta. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Sekitar 100 warga Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Jombang, menggeruduk balai desa setempat, Rabu (22/1/2014). Mereka meminta agar Sucipto (56), kepala desa (kades) dari jabatannya karena terindikasi kasus korupsi.
"Kami menuntur agar Kades Sucipto mundur dari jabatannya. Dia telah melakukan sejumlah penyalahgunaan dana desa, yang bersumber dari APBD Jombang dan Pendapatan Asli Desa (PADes)," teriak salah satu warga.
Saat berada di halaman balai desa, para pengunjuk rasa ini membentangkan dua spanduk besar dan sejumlah poster berisi protes dan tuntutan. Selanjutnya Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Setiyoko membacakan pernyataan sikap.
Diantaranya, Kades Sucipto dituduh menyalah-gunakan dana APBD 2013 total Rp 50 juta. Detailnya, penggunaan dana APBD untuk pengaspalan jalan yang seharusnya dikerjakan swakelola, ternyata dikerjakan sendiri oleh kades. Kemudian, dana PADes 2012 Rp 25 juta, yang dialokasikan untuk pengembangan bangunan fisik kantor desa, sampai Januari 2014 ini belum realisasi.
Bukan itu saja, menurut Setyoko, kades juga telah merusak sawah milik 20 warga desa setempat, serta menghilangkan patok tanda batas sawah. Kades telah merusak tanaman jati aset desa, sehigga tanaman jati menjadi mati dan lapuk.
"Sucipto juga memaksakan pemilihan perangkat desa pada April 2013, dengan menyiasati peraturan bupati yang sudah habis masa berlakunya. Oleh karena itu, kami menuntut agar kades mundur dari jabatannya," tegas Setiyoko.
Menanggapi tuntutan warganya, Sucipto tak banyak berkomentar. Ia hanya menyatakan bahwa hampir semua yang dituduhkan warga sudah sampai di Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang. "Jadi kita tunggu saja proses hukum ini sampai selesai. Apapun putusannya kita ikuti," kata Sucipto.
Mendapat jawaban itu, para pengunjuk rasa tidak puas. Akan tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak. Selanjutnya, dibawah pengawalan anggota Polsek Gudo, dan Sabhara Polres Jombang, warga akhirnya membubarkan diri. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kasri(45), warga Desa/Kecamatan Ngronggot, Nganjuk ditangkap petugas Polsek Perak Jombang. Ia tertangkap basah saat menjual minuman keras (miras) di acara pertunjukan dangdut di Desa Sukorejo Kecamatan Perak.
Dari tangannya, korps berseragam cokelat mengamankan barang bukti berupa 4 botol besar bir putih, 4 botol bir hitam, dan arak yang disamarkan dalam kemasan botol minuman suplemen. "Tersangka diamankan petugas pada Senin malam sekitar pukul 22.00 WIB," kata Kapolsek Perak, AKP Haryono, Selasa (21/1/2014).
Penangkapan itu bermula ketika petugas tengah melakukan pengamanan pertunjukan orkes dangdut dalam hajatan seorang warga di Dusun/Desa Sukorejo. Semula petugas mengawasi situasi para penonton yang cukup banyak. Pasalnya, dikhawatirkan terjadi keributan antar penonton akibat saling senggol saat bergoyang mengikuti irama musik dangdut.
Namun tanpa diduga, saat melihat sekeliling lokasi pertunjukkan, petugas curiga melihat gerak-gerik tersangka yang berjualan di sela-sela keramaian. Ketika diamati seksama, petugas langsung melihat tersangka yang mencoba menawarkan miras yang dijualnya. Spontan, polisi menekati tersangka dan memeriksa seluruh barang dagangan tersebut.
Nah, saat itulah didapati sejumlah botol miras yang sengaja dijual secara sembunyi-sembunyi. Rinciannya, miras jenis arak yang disamarkan dalam kemasan botol minuman suplemen sebanyak 10 liter arak, dan 8 botol bir.
Dari barang bukti tersebut tersangka tak bisa mengelak. Tentu saja, tersangka beserta barang buktinya langsung digelandang ke mapolsek untuk pemeriksaan lebih lanjut. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Kasri(45), warga Desa/Kecamatan Ngronggot, Nganjuk ditangkap petugas Polsek Perak Jombang. Ia tertangkap basah saat menjual minuman keras (miras) di acara pertunjukan dangdut di Desa Sukorejo Kecamatan Perak.
Dari tangannya, korps berseragam cokelat mengamankan barang bukti berupa 4 botol besar bir putih, 4 botol bir hitam, dan arak yang disamarkan dalam kemasan botol minuman suplemen. "Tersangka diamankan petugas pada Senin malam sekitar pukul 22.00 WIB," kata Kapolsek Perak, AKP Haryono, Selasa (21/1/2014).
Penangkapan itu bermula ketika petugas tengah melakukan pengamanan pertunjukan orkes dangdut dalam hajatan seorang warga di Dusun/Desa Sukorejo. Semula petugas mengawasi situasi para penonton yang cukup banyak. Pasalnya, dikhawatirkan terjadi keributan antar penonton akibat saling senggol saat bergoyang mengikuti irama musik dangdut.
Namun tanpa diduga, saat melihat sekeliling lokasi pertunjukkan, petugas curiga melihat gerak-gerik tersangka yang berjualan di sela-sela keramaian. Ketika diamati seksama, petugas langsung melihat tersangka yang mencoba menawarkan miras yang dijualnya. Spontan, polisi menekati tersangka dan memeriksa seluruh barang dagangan tersebut.
Nah, saat itulah didapati sejumlah botol miras yang sengaja dijual secara sembunyi-sembunyi. Rinciannya, miras jenis arak yang disamarkan dalam kemasan botol minuman suplemen sebanyak 10 liter arak, dan 8 botol bir.
Dari barang bukti tersebut tersangka tak bisa mengelak. Tentu saja, tersangka beserta barang buktinya langsung digelandang ke mapolsek untuk pemeriksaan lebih lanjut. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Dua gadis ABG nekat menggelar pesta minuman keras (miras) jenis oplosan atau cukrik dengan tiga pemuda di Jl Adityawarman Jombang. Namun naas, pesta miras tersebut kepergok polisi hingga kemudian dibubarkan.
Mereka adalah Luqi Sugianto (19) warga Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Dedi (20), dan Lukman Hakim (19), warga Desa Plandi, Kecamatan Jombang. Sedangkan dua gadis ABG yang menemani pesta miras adalah ZM (17), dan CS (17), keduanya pelajar warga Budug, Kecamatan Peterongan.
"Barang bukti yang kami diamankan berupa satu botol berisi sisa miras oplosan yang dikonsumsi. Kelimanya ditangkap petugas Jumat malam sekitar pukul 21.00 WIB," kata Kapolsekta Jombang AKP Tunggul Yahman, Sabtu (18/1/2014).
Tunggul menjelaskan, penggerebekan itu berawal ketika beberapa petugas tengah lakukan patroli rutin. Saat melintas di Jl Adityawarman, terlihat kelima remaja tengah duduk melingkar di depan sekolahTK. Karena curiga, korps berseragam cokelat ini kemudian berhenti.
Pasalnya, selain kondisi lokasi sangat gelap, petugas melihat adanya 2 gadis ada di dalam lingkaraan tersebut. Tanpa membuang waktu, petugas langsung menggerebek arena pesta cukrik itu.
Saat dilakukan penggeledahan, petugas sempat terkejut. Salah satunya, yakni Luqi kedapatan membawa sangkur. Sajam tersebut diselipkan dibalik baju, pinggang kiri. Tentu saja, saat diamankan ke mapolsek, Luqi dilakukan pemeriksaan terpisah.
Sedangkan keempat rekan pesta mirasnya dijerat dengan tindak pidana ringan (tipiring). Selain itu, petugas juga memanggil orang tua kedua gadis ABG tersebut. "Kita lakukan pemeriksaan tersendiri, karena jelas bisa dijerat dengan Undang Undang Darurat karena membawa sajam. Kita juga kembangkan, mungkin saja digunakan untuk aksi kejahatan," tegas Tunggul. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Dua gadis ABG nekat menggelar pesta minuman keras (miras) jenis oplosan atau cukrik dengan tiga pemuda di Jl Adityawarman Jombang. Namun naas, pesta miras tersebut kepergok polisi hingga kemudian dibubarkan.
Mereka adalah Luqi Sugianto (19) warga Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Dedi (20), dan Lukman Hakim (19), warga Desa Plandi, Kecamatan Jombang. Sedangkan dua gadis ABG yang menemani pesta miras adalah ZM (17), dan CS (17), keduanya pelajar warga Budug, Kecamatan Peterongan.
"Barang bukti yang kami diamankan berupa satu botol berisi sisa miras oplosan yang dikonsumsi. Kelimanya ditangkap petugas Jumat malam sekitar pukul 21.00 WIB," kata Kapolsekta Jombang AKP Tunggul Yahman, Sabtu (18/1/2014).
Tunggul menjelaskan, penggerebekan itu berawal ketika beberapa petugas tengah lakukan patroli rutin. Saat melintas di Jl Adityawarman, terlihat kelima remaja tengah duduk melingkar di depan sekolahTK. Karena curiga, korps berseragam cokelat ini kemudian berhenti.
Pasalnya, selain kondisi lokasi sangat gelap, petugas melihat adanya 2 gadis ada di dalam lingkaraan tersebut. Tanpa membuang waktu, petugas langsung menggerebek arena pesta cukrik itu.
Saat dilakukan penggeledahan, petugas sempat terkejut. Salah satunya, yakni Luqi kedapatan membawa sangkur. Sajam tersebut diselipkan dibalik baju, pinggang kiri. Tentu saja, saat diamankan ke mapolsek, Luqi dilakukan pemeriksaan terpisah.
Sedangkan keempat rekan pesta mirasnya dijerat dengan tindak pidana ringan (tipiring). Selain itu, petugas juga memanggil orang tua kedua gadis ABG tersebut. "Kita lakukan pemeriksaan tersendiri, karena jelas bisa dijerat dengan Undang Undang Darurat karena membawa sajam. Kita juga kembangkan, mungkin saja digunakan untuk aksi kejahatan," tegas Tunggul. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Dua remaja berusia belasan tahun nekat menyetubuhi gadis ingusan secara bergiliran. Dua pelaku masing-masing MR (17), buruh asal Desa Pucangsimo dan MM (16), pelajar SMK asal Dusun Klaci, Desa Brodot, Bandar Kedungmulyo, Jombang. Sedangkan korbannya adalah AS (12), bocah yang masih duduk di bangku kelas VI MI (Madrasah Ibtidaiyah) Pucangsimo.
Dua remaja itu melakukan aksinya berkali-kali di tempat berbeda, salah satunya adalah di tepi sebuah kolam yang tidak jauh dari rumah korban. "Dua pelaku sudah kita tangkap. Saat ini kita kirim ke Unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Satreskrim Polres Jombang guna menjalani pemeriksaan," kata Kapolsek Bandar Kedungmulyo, AKP Yogas, Jumat (17/1/2014).
Yogas menjelaskan, meski baru duduk di kelas VI, namun AS sudah menjalin asmara dengan MM. Bahkan mulai Desember kemarin dua bocah tersebut kerap menjalin komunikasi lewat HP (Hand Phone). Tidak cukup itu saja, diam-diam keduanya juga janjian untuk bertemu.
Puncaknya, pada pertengahan Desember MM dan AS janjian bertemu di tepi kolam di sekitar rumah korban. Namun dalam pertemuan itu MM tidak sendiri, ia juga mengajak seorang temannya berinisial MR. Kondisi malam yang sepi membuat MM terbakar birahinya. Ia kemudian mengajak AS untuk berhubungan badan.
Awalnya, bocah yang tinggal serumah dengan pamannya ini menolak. Namun MM tidak kurang akal. Ia mengancam akan memutuskan hubungan asmaranya dengan AS. Bahkan ia juga mengancam tidak akan mengirim SMS lagi terhadap korban. Mendapat ancaman tersebut, AS ciut nyali hingga akhirnya merelakan ketika MM merampas kegadisannya di tepi kolam itu.
Sementara MM melakukan hubungan badan dengan AS, pelaku lainnya yakni MR menjaga situasi. Nah, ketika MM sudah selesai menyalurkan hasrat birahinya, giliran MR beraksi. Buruh yang masih berusia belasan tahun ini juga menikmati tubah AS hingga puas. Kelar menjalankan aksinya, korban disuruh pulang.
Sukses menjalankan aksi bejatnya, dua remaja itu kian ketagihan. Diam-diam mereka terus melakukan hubungan intim. Mulai di sawah, di rumah kosong, hingga di sekitar kebun jati Desa Pucangsimo. "Mulai pertengahan hingga akhir Desember, mereka kerap melakukan hubungan intim," ujar Yogas.
Namun kepada petugas, MM mengaku hanya melakukan hubungan badan dengan
korban sebanyak satu kali, sedangkan MR mengaku melakukan persetubuhan
tersebut lima kali dengan lokasi berbeda. Baik MM maupun MR kompak mengaku pernah melakukan perbuatan mesum dengan AS di tepi kolam.
Yogas menegaskan, terbongkarnya kasus tersebut berawal ketika keluarga AS curiga dengan perubahan fisik bocah kelas VI MI tersebut. Pasalnya, semakin hari perut AS semakin membesar. Selanjutnya, pihak keluarga memeriksakannya ke bidan setempat. Nah dari situlah diketahui bahwa AS sedang berbadan dua alias mengandung.
Kepada keluarganya, AS akhirnya menceritakan bahwa yang telah menanam benih di rahimnya adalah MR dan MM. Karena tidak terima, kakan korban, Purwanto akhirnya melaporkan kasus persetubuhan di bawah umur itu ke polisi. "Semalam keduanya langsung kita tangkap dan saat ini sudah diperiksa di Unit PPA," pungkas Yogas. [suf/kun]
Berita Terkait
Jombang (beritajatim.com) - Dua remaja berusia belasan tahun nekat menyetubuhi gadis ingusan secara bergiliran. Dua pelaku masing-masing MR (17), buruh asal Desa Pucangsimo dan MM (16), pelajar SMK asal Dusun Klaci, Desa Brodot, Bandar Kedungmulyo, Jombang. Sedangkan korbannya adalah AS (12), bocah yang masih duduk di bangku kelas VI MI (Madrasah Ibtidaiyah) Pucangsimo.
Dua remaja itu melakukan aksinya berkali-kali di tempat berbeda, salah satunya adalah di tepi sebuah kolam yang tidak jauh dari rumah korban. "Dua pelaku sudah kita tangkap. Saat ini kita kirim ke Unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Satreskrim Polres Jombang guna menjalani pemeriksaan," kata Kapolsek Bandar Kedungmulyo, AKP Yogas, Jumat (17/1/2014).
Yogas menjelaskan, meski baru duduk di kelas VI, namun AS sudah menjalin asmara dengan MM. Bahkan mulai Desember kemarin dua bocah tersebut kerap menjalin komunikasi lewat HP (Hand Phone). Tidak cukup itu saja, diam-diam keduanya juga janjian untuk bertemu.
Puncaknya, pada pertengahan Desember MM dan AS janjian bertemu di tepi kolam di sekitar rumah korban. Namun dalam pertemuan itu MM tidak sendiri, ia juga mengajak seorang temannya berinisial MR. Kondisi malam yang sepi membuat MM terbakar birahinya. Ia kemudian mengajak AS untuk berhubungan badan.
Awalnya, bocah yang tinggal serumah dengan pamannya ini menolak. Namun MM tidak kurang akal. Ia mengancam akan memutuskan hubungan asmaranya dengan AS. Bahkan ia juga mengancam tidak akan mengirim SMS lagi terhadap korban. Mendapat ancaman tersebut, AS ciut nyali hingga akhirnya merelakan ketika MM merampas kegadisannya di tepi kolam itu.
Sementara MM melakukan hubungan badan dengan AS, pelaku lainnya yakni MR menjaga situasi. Nah, ketika MM sudah selesai menyalurkan hasrat birahinya, giliran MR beraksi. Buruh yang masih berusia belasan tahun ini juga menikmati tubah AS hingga puas. Kelar menjalankan aksinya, korban disuruh pulang.
Sukses menjalankan aksi bejatnya, dua remaja itu kian ketagihan. Diam-diam mereka terus melakukan hubungan intim. Mulai di sawah, di rumah kosong, hingga di sekitar kebun jati Desa Pucangsimo. "Mulai pertengahan hingga akhir Desember, mereka kerap melakukan hubungan intim," ujar Yogas.
Namun kepada petugas, MM mengaku hanya melakukan hubungan badan dengan
korban sebanyak satu kali, sedangkan MR mengaku melakukan persetubuhan
tersebut lima kali dengan lokasi berbeda. Baik MM maupun MR kompak mengaku pernah melakukan perbuatan mesum dengan AS di tepi kolam.
Yogas menegaskan, terbongkarnya kasus tersebut berawal ketika keluarga AS curiga dengan perubahan fisik bocah kelas VI MI tersebut. Pasalnya, semakin hari perut AS semakin membesar. Selanjutnya, pihak keluarga memeriksakannya ke bidan setempat. Nah dari situlah diketahui bahwa AS sedang berbadan dua alias mengandung.
Kepada keluarganya, AS akhirnya menceritakan bahwa yang telah menanam benih di rahimnya adalah MR dan MM. Karena tidak terima, kakan korban, Purwanto akhirnya melaporkan kasus persetubuhan di bawah umur itu ke polisi. "Semalam keduanya langsung kita tangkap dan saat ini sudah diperiksa di Unit PPA," pungkas Yogas. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Satpol PP Jombang menghentikan proses pembangunan super market yang berada di Jalan KH Wahid Hasyim atau selatan Bunderan Ringin Contong, Jumat (17/1/2014). Alasannya, pembangunan super market berlantai dua tersebut hingga saat ini belum mengantongi ijin dari instansi terkait.
Begitu datang di lokasi, korps penegak Perda ini langsung memeriksa puluhan orang yang sedang bekerja. Selanjutnya, para pekerja itu diminta menghentikan aktivitasnya. Selain itu, sejumlah kendaraan dan alat berat juga diminta keluar dari lokasi pembangunan.
Sedangkan petugas lainnya memasang patok bertuliskan 'Bangunan/Lokasi Ditutup Karena Belum Berijin'. Mendapat peringatan tersebut, para bekerja hanya bisa menuruti perintah Satpol PP. Mereka meletakkan peralatan yang sebelumnya digunakan untuk beraktivitas.
Kepala Satpol PP Jombang Imam Sutrisno mengatakan, pihaknya sengaja menutup lokasi tersebut. Pasalnya, hingga saat ini proses pembangunan super market itu belum memiliki ijin. Baik ijin IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), ijin gangguan alias HO (Hinder Ordonantie), serta ijin amdal lalin (analisa dampak lingkungan dan lalu lintas).
"Karena belum punya ijin, maka proses pembangunan supermarket ini kita tutup. Penutupan ini terus kita lakukan, hingga pihak pengusaha mengantongi ijin," kata Imam saat memimpin anak buahnya di lokasi.
Komisi C DPRD Jombang juga berang dengan pembangunan supermarket tak berijin itu. Selain belum mengatongi satu pun ijin, pembangunan tersebut juga menyebabkan kemcetan di Jl Wahid Hasyim. Bukan itu saja, taman kota yang berdekatan dengan lokasi tersebut juga rusak karena ditabrak kendaraan alat berat.
"Kami juga sepakat kalau pembangunan supermarket di Jalan Wahid Hasyim dihentikan. Dewan juga tidak pernah diberitahu soal pembangunan tersebut," ujar anggota Komisi C DPRD Jombang, Erwan Prakoso, di lokasi yang sama. [suf/kun]
Berita Terkait
Jombang (beritajatim.com) - Satpol PP Jombang menghentikan proses pembangunan super market yang berada di Jalan KH Wahid Hasyim atau selatan Bunderan Ringin Contong, Jumat (17/1/2014). Alasannya, pembangunan super market berlantai dua tersebut hingga saat ini belum mengantongi ijin dari instansi terkait.
Begitu datang di lokasi, korps penegak Perda ini langsung memeriksa puluhan orang yang sedang bekerja. Selanjutnya, para pekerja itu diminta menghentikan aktivitasnya. Selain itu, sejumlah kendaraan dan alat berat juga diminta keluar dari lokasi pembangunan.
Sedangkan petugas lainnya memasang patok bertuliskan 'Bangunan/Lokasi Ditutup Karena Belum Berijin'. Mendapat peringatan tersebut, para bekerja hanya bisa menuruti perintah Satpol PP. Mereka meletakkan peralatan yang sebelumnya digunakan untuk beraktivitas.
Kepala Satpol PP Jombang Imam Sutrisno mengatakan, pihaknya sengaja menutup lokasi tersebut. Pasalnya, hingga saat ini proses pembangunan super market itu belum memiliki ijin. Baik ijin IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), ijin gangguan alias HO (Hinder Ordonantie), serta ijin amdal lalin (analisa dampak lingkungan dan lalu lintas).
"Karena belum punya ijin, maka proses pembangunan supermarket ini kita tutup. Penutupan ini terus kita lakukan, hingga pihak pengusaha mengantongi ijin," kata Imam saat memimpin anak buahnya di lokasi.
Komisi C DPRD Jombang juga berang dengan pembangunan supermarket tak berijin itu. Selain belum mengatongi satu pun ijin, pembangunan tersebut juga menyebabkan kemcetan di Jl Wahid Hasyim. Bukan itu saja, taman kota yang berdekatan dengan lokasi tersebut juga rusak karena ditabrak kendaraan alat berat.
"Kami juga sepakat kalau pembangunan supermarket di Jalan Wahid Hasyim dihentikan. Dewan juga tidak pernah diberitahu soal pembangunan tersebut," ujar anggota Komisi C DPRD Jombang, Erwan Prakoso, di lokasi yang sama. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko menggelar mutasi besar-besaran, Kamis (16/1/2014). Mutasi ini merupakan kali pertama setelah Nyono dilantik menjadi orang nomor satu di Jombang September tahun lalu. Dalam mutasi tersebut sebanyak 166 pejabat digeser.
Banyak kalangan menilai, mutasi perdana tersebut kental dengan nuansa balas jasa sekaligus balas dendam politik. Untuk faktor balas jasa politik, hal itu terlihat dipromosikannya Ita Triwibawati, istri Bupati Nganjuk Taufiqurrahman, yang menjabat sebagai Kepala DPPKAD (Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah).
Saat pemilihan Bupati Jombang, 5 Juni 2013, Taufiqurrahman mendukung pencalonan Nyono secara total. Sedangkan faktor balas dendam politik terlihat dimasukkannya drg Subandriyah menjadi staf ahli bidang hukum dan politik Pemkab Jombang.
Sebelumnya, Subandriyah yang notabene adik kandung mantan Bupati Jombang Suyanto ini menjabat sebagai direktur RSUD Jombang. Begitu halnya dengan Kepala BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa), Purwanto dimasukkan ke staf ahli bidang kemasyarakatan. Purwanto merupakan pejabat yang dikenal dekat dengan mantan Bupati Suyanto.
Hanya saja, rumor tentang balas dendam dan balas jasa politik itu ditepis oleh Nyono. Menurutnya, mutasi yang ia lakukan tidak berdasarkan suka atau tidak suka. Namun berpijak pada evaluasi dan kinerja selama ini atau PDLB (Prestasi-Dedikasi-Loyalitas dan Baik).
"Jadi tidak ada istilah balas jasa atau balas dendam politik. Semua berdasarkan evaluasi kinerja yang digodok oleh tim Baperjakat (Badan Pertimbangan Kepangkatan dan Jabatan). Tapi munculnya rumor tersebut memang lumrah karena Jombang baru menggelar pemilihan bupati," kata Nyono beralasan.
Bukan itu saja, Nyono juga menepis rumor yang beredar bahwa mutasi yang pertama kali di masa jabatannya itu ada indikasi jual beli jabatan. Lagi-lagi ia mengatakan bahwa pergeseran jabatan murni berdasarkan evaluasi kinerja. "Sekali lagi, rumor jual beli jabatan itu juga tidak benar," katanya menegaskan.
Sementara itu, dalam acara mutasi yang digelar di pendapa tersebut seluruh pejabat hadir. Selanjutnya, 166 pejabat tersebut maju ke muka untuk menjalani prosesi pelantikan. Kepada para pejabat yang baru dilantik, bupati berpesan agar tidak melupakan tanggungjawab. "Yang sudah dilantik jangan hanya bersenang-senang, tapi laksanakan tanggungjawab," pungkasnya. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Uang milik Maksunah (58), warga Dusun Gladakan, Desa Badas, Kecamatan Sumobito, hilang tak berbekas, Rabu (15/1/2014). Sedianya, uang tersebut hendak digunakan untuk membeli perhiasan di Pasar Citra Niaga Jombang. Uang sebanyak itu diletakkannya di saku baju.
Korban menduga, uang miliknya disambar copet saat berada di pasar tradisional tersebut. Oleh karena itu, dia segera melaporkan kejadian itu ke polres setempat. "Dari laporan korban, kita langsung menangani dengan melakukan penyelidikan," Kasubbag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo.
Widodo menjelaskan, kasus yang menimpa korban berawal ketika dirinya bermaksud membeli perhiasan di toko emas yang sudah jadi langganannya. Sebelum masuk toko, korban sempat memeriksa uang yang dibawanya. Saat itu uang masih ada.
Usai memeriksa uang yang dibawa, korban langsung masuk ke dalam toko emas yang sedang dijubeli pembeli itu. Selanjutnya, korban memilih-milih perhiasan yang diinginkannya. Korban pun tak menghiraukan ketika ada orang berdesak-desakan dengannya.
Setelah merasa cocok dengan sebuah perhiasan, Maksunah hendak membayar perhiasan tersebut. Namun alangkah kagetnya warga Desa Badas ini karena uang di sakunya sudah tidak ada. Masih belum percaya, ia kembali memeriksa saku miliknya, namun lagi-lagi uang sebesar Rp 4 juta itu tetap saja tidak ada. Dengan mata sembab, Maksunah akhirnya lapor ke polisi. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Uang milik Maksunah (58), warga Dusun Gladakan, Desa Badas, Kecamatan Sumobito, hilang tak berbekas, Rabu (15/1/2014). Sedianya, uang tersebut hendak digunakan untuk membeli perhiasan di Pasar Citra Niaga Jombang. Uang sebanyak itu diletakkannya di saku baju.
Korban menduga, uang miliknya disambar copet saat berada di pasar tradisional tersebut. Oleh karena itu, dia segera melaporkan kejadian itu ke polres setempat. "Dari laporan korban, kita langsung menangani dengan melakukan penyelidikan," Kasubbag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo.
Widodo menjelaskan, kasus yang menimpa korban berawal ketika dirinya bermaksud membeli perhiasan di toko emas yang sudah jadi langganannya. Sebelum masuk toko, korban sempat memeriksa uang yang dibawanya. Saat itu uang masih ada.
Usai memeriksa uang yang dibawa, korban langsung masuk ke dalam toko emas yang sedang dijubeli pembeli itu. Selanjutnya, korban memilih-milih perhiasan yang diinginkannya. Korban pun tak menghiraukan ketika ada orang berdesak-desakan dengannya.
Setelah merasa cocok dengan sebuah perhiasan, Maksunah hendak membayar perhiasan tersebut. Namun alangkah kagetnya warga Desa Badas ini karena uang di sakunya sudah tidak ada. Masih belum percaya, ia kembali memeriksa saku miliknya, namun lagi-lagi uang sebesar Rp 4 juta itu tetap saja tidak ada. Dengan mata sembab, Maksunah akhirnya lapor ke polisi. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kepolisian Resor Jombang menangkap seorang pelajar berinisial MA (17), warga Dusun Sumbersuko, Desa Bandung, Kecamatan Diwek. Pelajar ini kedapatan membawa 15 butir pil koplo jenis dobel L.
Selain meringkus pelajar tersebut, petugas juga mengamankan seorang yang diduga menjadi pengedar pil koplo. Dia adalah Nanang Kurniawan (26), warga Dusun Sumbersuko, Kecamatan setempat.
Kasubbag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo menjelaskan, penangkapan kedunya berawal dari adanya informasi masyarakat yang menyebutkan kalau MA mulai gemar mengkonsumsi pil koplo. Berbekal informasi inilah petugas melakukan penyelidikan dan mengamati gerak-gerik MA.
Saat itulah, korps berseragam cokelat juga mendapatkan informasi kalau MA ternyata baru saja membeli pil koplo dari seseorang pengedar di kawasan Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Tanpa tunggu waktu lama, petugas segera meluncur ke lokasi yang dimaksud dan melakukan penyergapan.
Awalnya, MA sempat mengelak menyimpan pil koplo, namun ketika petugas melakukan penggeledahan, pelajar asal Jombang ini tidak bisa mengelak. Pasalnya, petugas menemukan 15 butir pil koplo di balik bajunya.
Selanjutnya, MA digelandang ke kantor kepolisian guna menjalani pemeriksaan. Kepada petugas, warga Sumbersuko ini mengakui kalau pil koplo yang dibawanya berasal dari Nanang, tetangganya.
Dari pengakuan tersebut, petugas akhirnya berhasil meringkus Nanang yang diduga kuat sebagai pengedar pil koplo di kawasan Ceweng. "Keduanya langsung kita jebloskan ke sel tahanan," pungkas Widodo, Selasa (14/1/2014). [suf/ted]
Berita Terkait
Jombang (beritajatim.com) - Kepolisian Resor Jombang menangkap seorang pelajar berinisial MA (17), warga Dusun Sumbersuko, Desa Bandung, Kecamatan Diwek. Pelajar ini kedapatan membawa 15 butir pil koplo jenis dobel L.
Selain meringkus pelajar tersebut, petugas juga mengamankan seorang yang diduga menjadi pengedar pil koplo. Dia adalah Nanang Kurniawan (26), warga Dusun Sumbersuko, Kecamatan setempat.
Kasubbag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo menjelaskan, penangkapan kedunya berawal dari adanya informasi masyarakat yang menyebutkan kalau MA mulai gemar mengkonsumsi pil koplo. Berbekal informasi inilah petugas melakukan penyelidikan dan mengamati gerak-gerik MA.
Saat itulah, korps berseragam cokelat juga mendapatkan informasi kalau MA ternyata baru saja membeli pil koplo dari seseorang pengedar di kawasan Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Tanpa tunggu waktu lama, petugas segera meluncur ke lokasi yang dimaksud dan melakukan penyergapan.
Awalnya, MA sempat mengelak menyimpan pil koplo, namun ketika petugas melakukan penggeledahan, pelajar asal Jombang ini tidak bisa mengelak. Pasalnya, petugas menemukan 15 butir pil koplo di balik bajunya.
Selanjutnya, MA digelandang ke kantor kepolisian guna menjalani pemeriksaan. Kepada petugas, warga Sumbersuko ini mengakui kalau pil koplo yang dibawanya berasal dari Nanang, tetangganya.
Dari pengakuan tersebut, petugas akhirnya berhasil meringkus Nanang yang diduga kuat sebagai pengedar pil koplo di kawasan Ceweng. "Keduanya langsung kita jebloskan ke sel tahanan," pungkas Widodo, Selasa (14/1/2014). [suf/ted]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) – Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang menetapkan Kepala Desa (Kades) Ngrimbi Kecamatan Bareng, Sumarmi, sebagai tersangka dalam kasus penjualan tanah kas desa (TKD).
Selain itu, Kejari juga menetapkan satu tersangka lagi, yakni Purnyoto yang tak lain kakak kandung Sumarmi.
"Kakak beradik ini diduga telah menjual TKD Ngrimbi seluas 1.830 meter persegi berada diantara Dusun Mutersari dan Dusun Dadirejo. Atas
penjualan yang terjadi pada tahun tahun 2011 lalu, desa dirugikan sekitar Rp 224 juta," ungkap Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Jombang, Andri Tri Wibowo, Senin (13/1/2014).
Andri menjelaskan, pihaknya juga menyita barang bukti (BB) berupa uang sisa penjualan tanah kas desa senilai Rp 154 juta. Uang hasil pejualan
TKD tersebut disita dari sebuah rekening yang sebelumnya diserahkan Bendahara Desa Ngrimbi, Sucipto.
"Dugaan penjualan tanah kas desa dilakukan kedua tersangka tiga tahun lalu. Sebagai kepala desa aktif, tersangka Sumarmi menyalahgunakan TKD. Tanah tersebut dijual kepada seorang pembeli bernama Suhartono asal Sidoarjo, dengan harga Rp 224 juta. Dalam proses penjualan Sumarmi melibatkan kakak kandungnya, Purnyoto,” tambahnya.
Andri menyatakan, dalam kasus itu Purnyoto berperan sebagai penjual yang menemui langsung pembelinya, Suhartono. Setelah secara formil dia mendapat penguasan penjualan TKD dari adiknya. Hanya, dalam proses jual beli TKD, selanjutnya sertifikat TKD diatasnamakan kepada Phovy Hari Isnanti, tak lain adalah putri Suhartono.
"Kedua tersangka disangka melanggar pasal belapis. Yakni melanggar pasal 2 ayat 1, pasal 3, pasal 9 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU nomor 20 tahun 2001. Pasal 2 ayat 1 diancam hukuman
selama 20 tahun, pasal 3 lima tahun dan pasal 9 ancaman hukumannya selama 20 tahun penjara," pungkasnya. [suf/ted]
Jombang (beritajatim.com) – Kejaksaan Negeri (Kejari) Jombang menetapkan Kepala Desa (Kades) Ngrimbi Kecamatan Bareng, Sumarmi, sebagai tersangka dalam kasus penjualan tanah kas desa (TKD).
Selain itu, Kejari juga menetapkan satu tersangka lagi, yakni Purnyoto yang tak lain kakak kandung Sumarmi.
"Kakak beradik ini diduga telah menjual TKD Ngrimbi seluas 1.830 meter persegi berada diantara Dusun Mutersari dan Dusun Dadirejo. Atas
penjualan yang terjadi pada tahun tahun 2011 lalu, desa dirugikan sekitar Rp 224 juta," ungkap Kasi Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Jombang, Andri Tri Wibowo, Senin (13/1/2014).
Andri menjelaskan, pihaknya juga menyita barang bukti (BB) berupa uang sisa penjualan tanah kas desa senilai Rp 154 juta. Uang hasil pejualan
TKD tersebut disita dari sebuah rekening yang sebelumnya diserahkan Bendahara Desa Ngrimbi, Sucipto.
"Dugaan penjualan tanah kas desa dilakukan kedua tersangka tiga tahun lalu. Sebagai kepala desa aktif, tersangka Sumarmi menyalahgunakan TKD. Tanah tersebut dijual kepada seorang pembeli bernama Suhartono asal Sidoarjo, dengan harga Rp 224 juta. Dalam proses penjualan Sumarmi melibatkan kakak kandungnya, Purnyoto,” tambahnya.
Andri menyatakan, dalam kasus itu Purnyoto berperan sebagai penjual yang menemui langsung pembelinya, Suhartono. Setelah secara formil dia mendapat penguasan penjualan TKD dari adiknya. Hanya, dalam proses jual beli TKD, selanjutnya sertifikat TKD diatasnamakan kepada Phovy Hari Isnanti, tak lain adalah putri Suhartono.
"Kedua tersangka disangka melanggar pasal belapis. Yakni melanggar pasal 2 ayat 1, pasal 3, pasal 9 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU nomor 20 tahun 2001. Pasal 2 ayat 1 diancam hukuman
selama 20 tahun, pasal 3 lima tahun dan pasal 9 ancaman hukumannya selama 20 tahun penjara," pungkasnya. [suf/ted]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Seorang warga keturunan Tionghoa, Hoh Han Chin alias Akang (63), dibekuk anggota Satreskrim Polres Jombang, Senin (13/1/2014). Dia ditangkap karena diduga menjadi pengecer perjudian toto gelap (togel).
Dari tangan tersangka, polisi menyita barang bukti berupa uang Rp 53 ribu, kertas rekapan togel sebanyak tiga bendel, serta satu unit HP. "Tersangka memang keturunan Tionghoa. Dia langsung kita jebloskan ke sel tahanan," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo.
Dia menjelaskan, penangkapan Akang berawal dari informasi masyarakat. Warga kerap memergoki warga Desa Dapurkejambon Kecamatan Jombang Kota ini menerima titipan togel. Atas informasi tersebut, korps berseragam cokelat kemudian melakukan penyelidikan.
Gayung pun bersambut. Saat dikuntit petugas, pria bermata sipit ini memang sedang menerima uang tombokan dari sejumlah pelanggannya di Dusun Jagalan Desa Kepatihan, Jombang Kota. Belum sampai jauh meninggalkan lokasi, petugas langsung menyergap.
Awalnya, Akang mengelak tudingan petugas. Ia bersikeras bahwa tidak terlibat dalam permainan haram tersebut. Namun saat petugas menggeledah sekujur tubuhnya pelaku tidak bisa mengelak. Pasalnya, petugas menemukan sejumlah barang bukti di saku tersangka.
Diantaranya, uang sebesar Rp 53 ribu, kertas putih tiga bendel yang digunakan untuk rekapan, serta HP. "Sekali lagi, pelaku tetap kita proses sesuai dengan hukum yang berlaku," pungkas Widodo. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Seorang warga keturunan Tionghoa, Hoh Han Chin alias Akang (63), dibekuk anggota Satreskrim Polres Jombang, Senin (13/1/2014). Dia ditangkap karena diduga menjadi pengecer perjudian toto gelap (togel).
Dari tangan tersangka, polisi menyita barang bukti berupa uang Rp 53 ribu, kertas rekapan togel sebanyak tiga bendel, serta satu unit HP. "Tersangka memang keturunan Tionghoa. Dia langsung kita jebloskan ke sel tahanan," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo.
Dia menjelaskan, penangkapan Akang berawal dari informasi masyarakat. Warga kerap memergoki warga Desa Dapurkejambon Kecamatan Jombang Kota ini menerima titipan togel. Atas informasi tersebut, korps berseragam cokelat kemudian melakukan penyelidikan.
Gayung pun bersambut. Saat dikuntit petugas, pria bermata sipit ini memang sedang menerima uang tombokan dari sejumlah pelanggannya di Dusun Jagalan Desa Kepatihan, Jombang Kota. Belum sampai jauh meninggalkan lokasi, petugas langsung menyergap.
Awalnya, Akang mengelak tudingan petugas. Ia bersikeras bahwa tidak terlibat dalam permainan haram tersebut. Namun saat petugas menggeledah sekujur tubuhnya pelaku tidak bisa mengelak. Pasalnya, petugas menemukan sejumlah barang bukti di saku tersangka.
Diantaranya, uang sebesar Rp 53 ribu, kertas putih tiga bendel yang digunakan untuk rekapan, serta HP. "Sekali lagi, pelaku tetap kita proses sesuai dengan hukum yang berlaku," pungkas Widodo. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Seorang bandit jalanan bernama Abdul Karim (42), warga Dusun/Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Jombang babak belur dihakimi massa setelah kepergok menjambret seuntai kalung. Usai digebuki, penjabret kalung ini diserahkan ke polisi.
"Selain menangkap pelaku, kami juga menyita barang bukti barang bukti satu unit motor tanpa nopol yang digunakan beraksi. Tersangka langsung meringkuk di sel tahanan polres," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo, Sabtu (11/1/2014).
Widodo menjelaskan, aksi tersangka dilakukan pada Jumat malam sekitar pukul 19.30 WIB, di kawasan Jl Raya Dusun Ganjul, Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro. Sebelumnya, korban yakni Reni Kusnia (22), warga Dusun Patuk, Desa Kertorejo, melintas di jalan tersebut.
Saat itu, korban baru saja pulang dari pasar Ngoro dengan mengendarai motor, S 4535 RH. Korban mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Mendekati lokasi, korban tak sadar telah dibuntuti tersangka yang kendarai motor tanpa nopol.
Tanpa diduga, beberapa saat kemudian motor korban langsung dipepet. Praktis, korban kaget dan langsung menghentikan laju motornya. Bersamaan itu, tersangka yang juga berhenti langsung memukul dagu korban.
Selanjutnya, tersangka berusaha menarik kalung emas yang dikenakan Reni. Sadar adanya ancaman, korban langsung berteriak minta tolong. Teriakan korban membuat warga berdatangan. Menyadari kehadiran warga, tersangka langsung panik.
Dia langsung menggeber sepeda motornya. Warga yang sudah terbakar emosi juga mengejar. Tak berapa lama, pelaku pun menyerah hingga akhirnya dihakimi massa. Untungnya, petugas segera bertindak dan mengamankan tersangka ke mapolsek. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Seorang bandit jalanan bernama Abdul Karim (42), warga Dusun/Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Jombang babak belur dihakimi massa setelah kepergok menjambret seuntai kalung. Usai digebuki, penjabret kalung ini diserahkan ke polisi.
"Selain menangkap pelaku, kami juga menyita barang bukti barang bukti satu unit motor tanpa nopol yang digunakan beraksi. Tersangka langsung meringkuk di sel tahanan polres," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo, Sabtu (11/1/2014).
Widodo menjelaskan, aksi tersangka dilakukan pada Jumat malam sekitar pukul 19.30 WIB, di kawasan Jl Raya Dusun Ganjul, Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro. Sebelumnya, korban yakni Reni Kusnia (22), warga Dusun Patuk, Desa Kertorejo, melintas di jalan tersebut.
Saat itu, korban baru saja pulang dari pasar Ngoro dengan mengendarai motor, S 4535 RH. Korban mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Mendekati lokasi, korban tak sadar telah dibuntuti tersangka yang kendarai motor tanpa nopol.
Tanpa diduga, beberapa saat kemudian motor korban langsung dipepet. Praktis, korban kaget dan langsung menghentikan laju motornya. Bersamaan itu, tersangka yang juga berhenti langsung memukul dagu korban.
Selanjutnya, tersangka berusaha menarik kalung emas yang dikenakan Reni. Sadar adanya ancaman, korban langsung berteriak minta tolong. Teriakan korban membuat warga berdatangan. Menyadari kehadiran warga, tersangka langsung panik.
Dia langsung menggeber sepeda motornya. Warga yang sudah terbakar emosi juga mengejar. Tak berapa lama, pelaku pun menyerah hingga akhirnya dihakimi massa. Untungnya, petugas segera bertindak dan mengamankan tersangka ke mapolsek. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Seorang tukang bakso asal Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Jombang, Sunarman (42), dibekuk polisi. Maklum saja, selain berjualan bakso, ternyata Sunarman juga menjadi pengecer judi toto gelap alias togel.
"Selain menangkap pelaku, kami juga menyita barang bukti berupa uang sebesar Rp 48 ribu dan sebuah HP berisi pesan singkat sejumlah nomor togel dari para penombok," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo sembari menunjukkan barang bukti yang dimaksud, Jumat (10/1/2014).
Widodo menjelaskan, tersangka diringkus petugas sekitar pukul 15.20 WIB, saat menjajakan baksonya di kawasan Dusun Kedungbokor, Deda Genukwatu. Awalnya, petugas memperoleh informasi soal aksi tersangka.
Tak hanya berjualan bakso dengan menggunakan rombong, tersangka juga kerap meerima titipan tombokan judi togel. Untuk mengelabuhi petugas, rekapan nomor togel itu disimpan dalam HP miliknya. Bukan itu saja, para penombok juga mengirim SMS atau pesan singkat saat pasang nomor togel.
Dari informasi tersebut, korps berseragam cokelat langsung melakukan pengintaian. Setelah seminggu lakukan penyelidikan, petugas yakin kebenaran informasi tersebut. Nah, saat Sunarman melintas di Dusun Kedungbokor, petugas yang telah menguntit itu langsung mencokoknya.
Sunarman yang kaget dengan kehadiran petugas seketika lari tunggang-langgang. Gerobak baksonya pun ditinggal, dia kabur ke arah area perkebunan tebu. Namun usahanya sia-sia. Karena polisi dengan mudah membekuknya. "Dengan barang bukti yang ada, tersangka tak bisa mengelak. Kita tetap proses sesuai hukum yang berlaku," tegas Widodo. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Seorang tukang bakso asal Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Jombang, Sunarman (42), dibekuk polisi. Maklum saja, selain berjualan bakso, ternyata Sunarman juga menjadi pengecer judi toto gelap alias togel.
"Selain menangkap pelaku, kami juga menyita barang bukti berupa uang sebesar Rp 48 ribu dan sebuah HP berisi pesan singkat sejumlah nomor togel dari para penombok," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo sembari menunjukkan barang bukti yang dimaksud, Jumat (10/1/2014).
Widodo menjelaskan, tersangka diringkus petugas sekitar pukul 15.20 WIB, saat menjajakan baksonya di kawasan Dusun Kedungbokor, Deda Genukwatu. Awalnya, petugas memperoleh informasi soal aksi tersangka.
Tak hanya berjualan bakso dengan menggunakan rombong, tersangka juga kerap meerima titipan tombokan judi togel. Untuk mengelabuhi petugas, rekapan nomor togel itu disimpan dalam HP miliknya. Bukan itu saja, para penombok juga mengirim SMS atau pesan singkat saat pasang nomor togel.
Dari informasi tersebut, korps berseragam cokelat langsung melakukan pengintaian. Setelah seminggu lakukan penyelidikan, petugas yakin kebenaran informasi tersebut. Nah, saat Sunarman melintas di Dusun Kedungbokor, petugas yang telah menguntit itu langsung mencokoknya.
Sunarman yang kaget dengan kehadiran petugas seketika lari tunggang-langgang. Gerobak baksonya pun ditinggal, dia kabur ke arah area perkebunan tebu. Namun usahanya sia-sia. Karena polisi dengan mudah membekuknya. "Dengan barang bukti yang ada, tersangka tak bisa mengelak. Kita tetap proses sesuai hukum yang berlaku," tegas Widodo. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kepolisian Resor Jombang membekuk seorang dukun pengganda uang bernama Sundakir (50), warga Desa Pakeman, Kecamatan Rowokangkung, Lumajang. Dari tangan pelaku, polisi menyita sejumlah barang bukti diantaranya sebanyak 5 jimat bertuliskan huruf arab. Selain itu juga sebanyak tujuh botol minyak wangi jafaron berukuran kecil.
Korban dukun pengganda uang ini ada dua orang, yakni Juminah (49) dan Sumiati (43), keduanya warga Dusun Gondanglegi, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang. Juminah menyerahkan uang sebesar Rp 3 juta kepada pelaku, sedangkan Sumiati menyerahkan Rp 1,3 juta.
"Tersangka sudah kita amankan berikut barang bukti. Selanjutnya, dukun pengganda uang tersebut kita jebloskan dalam sel tahanan Polres Jombang. Tidak menutup kemungkinan, korban dukun tersebut bertambah," kata Kapolsek Bandar Kedungmulyo, AKP Yogas, Jumat (10/1/2014).
Yogas mengungkapkan, penangkapan Sundakir berawal dari laporan Juminah dan Sumiati. Ceritanya, Sumiati yang kerap sakit-sakitan ini dicarikan 'orang pintar' oleh tetangganya. Selanjutnya, didatangkalah Sundakir ke rumah korban.
Dari pertemuan tersebut, dukun asal Lumajang ini kemudian meminta uang sebesar Rp 1,3 juta. Alasannya, uang tersebut hendak digunakan membeli minyak jafaron sebagai media mengusir tumbal yang ada di rumah korban. Hasil terawangan Sundakir, sakitnya korban karena diganggu oleh tumbal yang ada di rumah tersebut.
Modus yang digunakan oleh sang dukun berbeda ketika bertemu dengan Juminah, yang tak lain tetangga Sumiati. Kepada Juminah, Sundakir mengaku bisa menggandakan uang. Korban semakin percaya karena dukun abal-abal itu sempat mempraktikkan keahliannya.
Caranya, uang Rp 10 ribu dimasukkan ke dalam amplop. Setelah amplop dibuka, ternyata uang itu berubah menjadi Rp 20 ribu atau pecahan Rp 10 ribu sebanyak dua lembar. "Ternyata didalam amplop tersebut ada sakunya yang berisi uang Rp 10 ribu. Jadi sejenis teknik sulap," kata Yogas menambahkan.
Singkat cerita, Juminah yang sudah termakan rayuan sang dukun kemudian dimintai uang sebesar Rp 7 juta dengan dalih membeli minyak pengganda uang. Namun karena tidak mempunyai uang sebesar itu, korban akhirnya menyerahkan uang Rp 3 juta. Uang itu diserahkan pada 3 Januari 2014. Setelah ditunggu berhari-hari, korban tidak kelihatan batang hidungnya.
Baru pada 7 Januari, dukun Sundakir kembali menemui korban. Dari pertemuan itu, korban akhirnya menyadari kalau sudah tertipu, pasalnya pelaku tidak membelikan minyak yang dimaksud. Atas dasar itulah kemudian Juminah dan Sumiati melaporkan penipuan itu ke polisi.
Selain menangkap tersangka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, diantaranya 7 botol kecil minyak jafaron, keris berbentuk semar, tasbih, tanduk kambing, dua keris, bambu atau pring pethuk, gelang tembaga, serta 5 jimat bertuliskan huruf arab. "Atas perbuatannya pelaku dijerat pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan ancaman empat tahun penjara," pungkas Yogas. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Kepolisian Resor Jombang membekuk seorang dukun pengganda uang bernama Sundakir (50), warga Desa Pakeman, Kecamatan Rowokangkung, Lumajang. Dari tangan pelaku, polisi menyita sejumlah barang bukti diantaranya sebanyak 5 jimat bertuliskan huruf arab. Selain itu juga sebanyak tujuh botol minyak wangi jafaron berukuran kecil.
Korban dukun pengganda uang ini ada dua orang, yakni Juminah (49) dan Sumiati (43), keduanya warga Dusun Gondanglegi, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang. Juminah menyerahkan uang sebesar Rp 3 juta kepada pelaku, sedangkan Sumiati menyerahkan Rp 1,3 juta.
"Tersangka sudah kita amankan berikut barang bukti. Selanjutnya, dukun pengganda uang tersebut kita jebloskan dalam sel tahanan Polres Jombang. Tidak menutup kemungkinan, korban dukun tersebut bertambah," kata Kapolsek Bandar Kedungmulyo, AKP Yogas, Jumat (10/1/2014).
Yogas mengungkapkan, penangkapan Sundakir berawal dari laporan Juminah dan Sumiati. Ceritanya, Sumiati yang kerap sakit-sakitan ini dicarikan 'orang pintar' oleh tetangganya. Selanjutnya, didatangkalah Sundakir ke rumah korban.
Dari pertemuan tersebut, dukun asal Lumajang ini kemudian meminta uang sebesar Rp 1,3 juta. Alasannya, uang tersebut hendak digunakan membeli minyak jafaron sebagai media mengusir tumbal yang ada di rumah korban. Hasil terawangan Sundakir, sakitnya korban karena diganggu oleh tumbal yang ada di rumah tersebut.
Modus yang digunakan oleh sang dukun berbeda ketika bertemu dengan Juminah, yang tak lain tetangga Sumiati. Kepada Juminah, Sundakir mengaku bisa menggandakan uang. Korban semakin percaya karena dukun abal-abal itu sempat mempraktikkan keahliannya.
Caranya, uang Rp 10 ribu dimasukkan ke dalam amplop. Setelah amplop dibuka, ternyata uang itu berubah menjadi Rp 20 ribu atau pecahan Rp 10 ribu sebanyak dua lembar. "Ternyata didalam amplop tersebut ada sakunya yang berisi uang Rp 10 ribu. Jadi sejenis teknik sulap," kata Yogas menambahkan.
Singkat cerita, Juminah yang sudah termakan rayuan sang dukun kemudian dimintai uang sebesar Rp 7 juta dengan dalih membeli minyak pengganda uang. Namun karena tidak mempunyai uang sebesar itu, korban akhirnya menyerahkan uang Rp 3 juta. Uang itu diserahkan pada 3 Januari 2014. Setelah ditunggu berhari-hari, korban tidak kelihatan batang hidungnya.
Baru pada 7 Januari, dukun Sundakir kembali menemui korban. Dari pertemuan itu, korban akhirnya menyadari kalau sudah tertipu, pasalnya pelaku tidak membelikan minyak yang dimaksud. Atas dasar itulah kemudian Juminah dan Sumiati melaporkan penipuan itu ke polisi.
Selain menangkap tersangka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, diantaranya 7 botol kecil minyak jafaron, keris berbentuk semar, tasbih, tanduk kambing, dua keris, bambu atau pring pethuk, gelang tembaga, serta 5 jimat bertuliskan huruf arab. "Atas perbuatannya pelaku dijerat pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan ancaman empat tahun penjara," pungkas Yogas. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Sebuah sepeda motor hilang digondol maling saat berada di parkiran RSUD Jombang. Korbannya adalah Heru Purwanto (42), asal Perum Graha Candi Mas, Sidoarjo.
Saat itu, Heru sedang mengantarkan ibunya untuk kontrol kesehatan di rumah sakit milik pemerintah tersebut. Ia mengendarai motor bernopol W 2572 TW. Begitu sampai motor tersebut langsung dititipkan di tempat parkir. Selang 10 menit usai kontrol, Heru kembali ke tempat semula, namun sepeda itu sudah tidak ada lagi.
"Kami sudah menerima laporan kehilangan tersebut. Motor milik korban diperkirakan hilang pukul 10.00 WIB, Selasa kemarin. Saat ini melakukan penyelidikan," ungkap AKP Sugeng Widodo, Kasubbag Humas Polres Jombang, Rabu (8/1/2014).
Widodo melanjutkan, dua sehari sebelumnya aksi serupa juga menimpa curanmor ini menimpa Tari Moeljoto (67), warga Dusun Sambongsantren, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan Jombang. Ceritanya, sekitar pukul 05.00, korban datang ke gereja Katolik di Jl KH Wahid Hasyim Jombang untuk mengikuti ibadah misa pagi. Korban datang dengan mengendarai motor Honda Supra X warna hitam bernopol S 6553 YZ.
Seperti biasa, korban langsung memarkir di halaman gereja. Usai ikuti misa, pukul 05.30, korban bermaksud segera pulang. Namun saat itu juga korban kaget karena motor yang dikendarainya sudah amblas. "Jadi dalam tiga hari terakhir ini ada dua motor yang hilang," pungkas Widodo. [suf/kun]
Saat itu, Heru sedang mengantarkan ibunya untuk kontrol kesehatan di rumah sakit milik pemerintah tersebut. Ia mengendarai motor bernopol W 2572 TW. Begitu sampai motor tersebut langsung dititipkan di tempat parkir. Selang 10 menit usai kontrol, Heru kembali ke tempat semula, namun sepeda itu sudah tidak ada lagi.
"Kami sudah menerima laporan kehilangan tersebut. Motor milik korban diperkirakan hilang pukul 10.00 WIB, Selasa kemarin. Saat ini melakukan penyelidikan," ungkap AKP Sugeng Widodo, Kasubbag Humas Polres Jombang, Rabu (8/1/2014).
Widodo melanjutkan, dua sehari sebelumnya aksi serupa juga menimpa curanmor ini menimpa Tari Moeljoto (67), warga Dusun Sambongsantren, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan Jombang. Ceritanya, sekitar pukul 05.00, korban datang ke gereja Katolik di Jl KH Wahid Hasyim Jombang untuk mengikuti ibadah misa pagi. Korban datang dengan mengendarai motor Honda Supra X warna hitam bernopol S 6553 YZ.
Seperti biasa, korban langsung memarkir di halaman gereja. Usai ikuti misa, pukul 05.30, korban bermaksud segera pulang. Namun saat itu juga korban kaget karena motor yang dikendarainya sudah amblas. "Jadi dalam tiga hari terakhir ini ada dua motor yang hilang," pungkas Widodo. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Wakil Bupati (Wabup) Jombang Hj Mudjidah Wahab akhirnya buka suara terkait kasus tabrak lari yang menyeret menantunya, Farid Alfarisi (32), menjadi tersangka. Wabup menyatakan pihaknya tetap menghormati proses hukum yang saat ini dijalani sang menantu.
Namun demikian, orang nomor dua di Kabupaten Jombang ini masih berharap hal tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. "Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan bagimana kesedihan saat ada anggota keluarga yang meninggal. Oleh karena itu, kami juga ikut berbela sungkawa kepada keluarga korban," kata Mundjidah yang itemui usai acara pelantikan kades di Kecamatan Ploso, Selasa (7/1/2014).
Karena itu pula, Wabup setuju saat anaknya, Lailatul Ni'mah yang juga istri Farid bersilaturrahmi ke rumah keluarga korban, Bagas Aryadi Putra (33), di Jl Kemuning Desa Candimulyo.
Menurut Mundjidah, sebagai warga negara yang baik, pihaknya tetap menghormati proses hukum yang saat ini dijalani menantunya. "Sekali lagi, kami tetap akan menjalani proses hukum yang saat ini berlangsung di kepolisian," katanya mengulang.
Wabup mengungkapkan, kejadian kecelakaan tersebut merupakan musibah berat bagi keluarganya. Karena itu pula, pasca mengetahui peristiwa kecelakaan tersebut dirinya merasa terpukul dan syok. "Kami tetap akan berusaha agar masalah yang menimpa keluarga bisa diselesaikan sebaik mungkin bagi kedua belah pihak," ujarnya.
Disinggung tetkait pemberian bantuan untuk anak korban, Mundjidah menyatakan sudah meminta perwakilan keluarga untuk memastikan hal itu bisa dilakukan. Hanya saja, pihaknya juga tetap menghormati situasi keluarga korban yang saat ini tengah berduka.
Seperti diketahui, polisi menetapkan status tersangka terhadap Farid Alfarisi, menantu Wabup Hj Mundjidah Wahab, dalam kasus tabrak lari. Caleg PPP ini dijerat UULAJ pasal 310 ayat 3 dan 4, serta pasal 312. Pasal 310 ayat 3 adalah tentang kecelakaan yang mengakibatkan orang lain menderita luka berat, dengan ancaman pidananya penjara lima tahun. Lalu pasal 310 ayat 4, tentang kecelakaan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, ancaman hukuman enam tahun penjara.
Sedangkan pasal 312, tentang kesengajaan tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan kecelakaan kepada polisi. Ancamannya hukuman penjara tiga tahun. Kecelakaan maut itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan sebuah swalayan yang ada di Jl Abdurrahman Wahid Jombang.
Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas serta tanpa menyalakan lampu sign. Pada saat bersamaan, melaju motor Suzuki Satria bernopol S 5691 ZG dari arah timur yang dikendarai oleh Bagas Arya Diputra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan hingga benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya, sedangkan Eko kritis. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi. Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik sebuah toko di sekitar kejadian perkara.
Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Wakil Bupati (Wabup) Jombang Hj Mudjidah Wahab akhirnya buka suara terkait kasus tabrak lari yang menyeret menantunya, Farid Alfarisi (32), menjadi tersangka. Wabup menyatakan pihaknya tetap menghormati proses hukum yang saat ini dijalani sang menantu.
Namun demikian, orang nomor dua di Kabupaten Jombang ini masih berharap hal tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. "Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan bagimana kesedihan saat ada anggota keluarga yang meninggal. Oleh karena itu, kami juga ikut berbela sungkawa kepada keluarga korban," kata Mundjidah yang itemui usai acara pelantikan kades di Kecamatan Ploso, Selasa (7/1/2014).
Karena itu pula, Wabup setuju saat anaknya, Lailatul Ni'mah yang juga istri Farid bersilaturrahmi ke rumah keluarga korban, Bagas Aryadi Putra (33), di Jl Kemuning Desa Candimulyo.
Menurut Mundjidah, sebagai warga negara yang baik, pihaknya tetap menghormati proses hukum yang saat ini dijalani menantunya. "Sekali lagi, kami tetap akan menjalani proses hukum yang saat ini berlangsung di kepolisian," katanya mengulang.
Wabup mengungkapkan, kejadian kecelakaan tersebut merupakan musibah berat bagi keluarganya. Karena itu pula, pasca mengetahui peristiwa kecelakaan tersebut dirinya merasa terpukul dan syok. "Kami tetap akan berusaha agar masalah yang menimpa keluarga bisa diselesaikan sebaik mungkin bagi kedua belah pihak," ujarnya.
Disinggung tetkait pemberian bantuan untuk anak korban, Mundjidah menyatakan sudah meminta perwakilan keluarga untuk memastikan hal itu bisa dilakukan. Hanya saja, pihaknya juga tetap menghormati situasi keluarga korban yang saat ini tengah berduka.
Seperti diketahui, polisi menetapkan status tersangka terhadap Farid Alfarisi, menantu Wabup Hj Mundjidah Wahab, dalam kasus tabrak lari. Caleg PPP ini dijerat UULAJ pasal 310 ayat 3 dan 4, serta pasal 312. Pasal 310 ayat 3 adalah tentang kecelakaan yang mengakibatkan orang lain menderita luka berat, dengan ancaman pidananya penjara lima tahun. Lalu pasal 310 ayat 4, tentang kecelakaan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, ancaman hukuman enam tahun penjara.
Sedangkan pasal 312, tentang kesengajaan tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan kecelakaan kepada polisi. Ancamannya hukuman penjara tiga tahun. Kecelakaan maut itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan sebuah swalayan yang ada di Jl Abdurrahman Wahid Jombang.
Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas serta tanpa menyalakan lampu sign. Pada saat bersamaan, melaju motor Suzuki Satria bernopol S 5691 ZG dari arah timur yang dikendarai oleh Bagas Arya Diputra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan hingga benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya, sedangkan Eko kritis. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi. Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik sebuah toko di sekitar kejadian perkara.
Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid. [suf/kun]
Terancam 6 Tahun Penjara
Menantu Wabup Jombang Jadi Tersangka Kasus Tabrak Lari
Reporter : Yusuf Wibisono
Foto ilustrasi.
Jombang (beritajatim.com) - Setelah melakukan pemeriksaan secara intensif, polisi akhirnya menetapkan menantu Wakil Bupati Jombang Mundjidah Wahab, Farid Alfarizi (32), menjadi tersangka dalam kasus tabrak lari yang menewaskan sekuriti STIKES ICME, Bagas Ario Putra (33). Farid dijerat pasal 310 ayat 3,4 dan pasal 312 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
"Tersangka terancam hukuman 6 tahun penjara atau denda Rp 12 milyar. Pelaku melakukan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Selain itu, usai menabrak, pelaku justru melarikan diri, makanya kita juga terapkan pasal 312 UU LLAJ," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo, Minggu (5/1/2014).
Widodo menjelaskan, kecelakaan itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan swalayan Jalan Abdurrahman Wahid Jombang. Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas.
Pada saat bersamaan, melaju motor Satria, S 5691 ZG dari arah timur yang dijoki oleh Bagas Ario Putra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan dan benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Jombang, sedangkan Eko kritis dan dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi.
Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik swalayan di sekitar kejadian perkara. Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ. Nopol tersebut atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid.
Usai pemeriksaan dan ditetapkan menjadi tersangka, Farid enggan berkomentar banyak. Ia hanya menyatakan bahwa kejadian yang dialaminya merupakan musibah. "Pastinya ini musibah, karena tidak ada orang yang ingin seperti ini," katanya singkat. [suf/but]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Suasana duka masih menyelimuti rumah Bagas Arya Diputra (32), korban tabrak lari menantu Wabup Jombang Mundjidah Wahab, Farid Alfarisi (33). Korban yang tinggal di Jl Kemuning Desa Candimulyo Jombang ini meninggalkan 5 orang anak. Anak pertama duduk di kelas I SLTP, sedangkan anak terakhir masih berumur satu tahun.
Hingga saat ini pihak keluarga masih syok. Karena kepergian Bagas sangat mendadak serta dengan cara yang tragis. Sudah begitu, pria yang bekerja sebagai sekuriti di STIKES ICME Jombang ini juga merupakan tulang punggung keluarga. "Entahlah bagaimana caranya saya harus membesarkan 5 anak ini sepeninggal Mas Bagas," ujar Ratna Kumalasari (28), istri korban dengan nada lirih, Senin (6/1/2014).
Ratna tidak menyangka kalau malam itu sang suami akan meninggalkan dirinya dan 5 orang anak untuk selamanya. Padahal, menurut Ratna, Bagas hanya berpamitan keluar rumah sebentar. Namun beberapa jam kemudian ia mendapatkan kabar bahwa sang suami meninggal di Jl Abdurrahman Wahid setelah menabrak mobil milik menantu wabup.
Yang lebih ia sesalkan, sang penabrak itu justru kabur setelah mengetahui Bagas dan seorang temannya sedang sekarat. Padahal usai tabrakan, Farid dan suaminya yang berada dalam mobil tersebut sempat melongok keluar. Hanya saja, mengetahui korbannya sekarat, pelaku justru menggeber mobil CRV bernopol S 905 AJ meninggalkan lokasi kejadian.
"Kami sangat menyesalkan kaburnya pelaku. Padahal, menurut para saksi, dua orang dalam mobil itu sempat melongok keluar. Setelah mengetahui suami saya sekarat, bukannya ditolong, namun malah kabur," kata Ratna dengan mata sembab.
Atas kejadian itu Ratna berharap pelaku diganjar dengan hukuman setimpal. "Saya tidak terima, dan meminta agar kasus ini tetap diproses sesuai hukum yang berlaku," kata ibu lima anak ini.
Sementara itu, perwakilan dari keluarga Wabup Jombang menyampaikan permohonan maaf dengan cara mendatangi rumah duka di Desa Candimulyo. Selain itu, keluarga pelaku berjanji akan bertanggungjawab penuh kepada keluarga yang ditinggalkan maupun korban kritis yang masih dirawat di rumah sakit. Soal kaburnya Farid usai kejadian, keluarga beralasan bahwa pelaku sedang panik.
"Kami akan bertanggungjawab kepada keluarga yang ditinggalkan maupun korban kritis yang masih dirawat. Sekali lagi, kami mohon maaf kepada keluarga Mas Bagas," kata Ja'far Sodiq, juru bicara keluarga Wabup Jombang ketika ditemui di RSIJ (Rumah Sakit Islam Jombang), tempat korban kritis dirawat.
Seperti diketahui, kecelakaan maut itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan swalayan Jalan Abdurrahman Wahid Jombang. Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas.
Pada saat bersamaan, melaju motor Satria, S 5691 ZG dari arah timur yang dijoki oleh Bagas Arya Diputra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan dan benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Jombang, sedangkan Eko kritis. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi.
Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik swalayan di sekitar kejadian perkara. Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Setelah melakukan pemeriksaan secara intensif, polisi akhirnya menetapkan menantu Wakil Bupati Jombang Mundjidah Wahab, Farid Alfarizi (32), menjadi tersangka dalam kasus tabrak lari yang menewaskan sekuriti STIKES ICME, Bagas Ario Putra (33). Farid dijerat pasal 310 ayat 3,4 dan pasal 312 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
"Tersangka terancam hukuman 6 tahun penjara atau denda Rp 12 milyar. Pelaku melakukan kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Selain itu, usai menabrak, pelaku justru melarikan diri, makanya kita juga terapkan pasal 312 UU LLAJ," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo, Minggu (5/1/2014).
Widodo menjelaskan, kecelakaan itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan swalayan Jalan Abdurrahman Wahid Jombang. Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas.
Pada saat bersamaan, melaju motor Satria, S 5691 ZG dari arah timur yang dijoki oleh Bagas Ario Putra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan dan benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Jombang, sedangkan Eko kritis dan dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi.
Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik swalayan di sekitar kejadian perkara. Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ. Nopol tersebut atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid.
Usai pemeriksaan dan ditetapkan menjadi tersangka, Farid enggan berkomentar banyak. Ia hanya menyatakan bahwa kejadian yang dialaminya merupakan musibah. "Pastinya ini musibah, karena tidak ada orang yang ingin seperti ini," katanya singkat. [suf/but]
Korban Tabrak Lari Menantu Wabup Jombang Tinggalkan 5 Anak
Jombang (beritajatim.com) - Suasana duka masih menyelimuti rumah Bagas Arya Diputra (32), korban tabrak lari menantu Wabup Jombang Mundjidah Wahab, Farid Alfarisi (33). Korban yang tinggal di Jl Kemuning Desa Candimulyo Jombang ini meninggalkan 5 orang anak. Anak pertama duduk di kelas I SLTP, sedangkan anak terakhir masih berumur satu tahun.
Hingga saat ini pihak keluarga masih syok. Karena kepergian Bagas sangat mendadak serta dengan cara yang tragis. Sudah begitu, pria yang bekerja sebagai sekuriti di STIKES ICME Jombang ini juga merupakan tulang punggung keluarga. "Entahlah bagaimana caranya saya harus membesarkan 5 anak ini sepeninggal Mas Bagas," ujar Ratna Kumalasari (28), istri korban dengan nada lirih, Senin (6/1/2014).
Ratna tidak menyangka kalau malam itu sang suami akan meninggalkan dirinya dan 5 orang anak untuk selamanya. Padahal, menurut Ratna, Bagas hanya berpamitan keluar rumah sebentar. Namun beberapa jam kemudian ia mendapatkan kabar bahwa sang suami meninggal di Jl Abdurrahman Wahid setelah menabrak mobil milik menantu wabup.
Yang lebih ia sesalkan, sang penabrak itu justru kabur setelah mengetahui Bagas dan seorang temannya sedang sekarat. Padahal usai tabrakan, Farid dan suaminya yang berada dalam mobil tersebut sempat melongok keluar. Hanya saja, mengetahui korbannya sekarat, pelaku justru menggeber mobil CRV bernopol S 905 AJ meninggalkan lokasi kejadian.
"Kami sangat menyesalkan kaburnya pelaku. Padahal, menurut para saksi, dua orang dalam mobil itu sempat melongok keluar. Setelah mengetahui suami saya sekarat, bukannya ditolong, namun malah kabur," kata Ratna dengan mata sembab.
Atas kejadian itu Ratna berharap pelaku diganjar dengan hukuman setimpal. "Saya tidak terima, dan meminta agar kasus ini tetap diproses sesuai hukum yang berlaku," kata ibu lima anak ini.
Sementara itu, perwakilan dari keluarga Wabup Jombang menyampaikan permohonan maaf dengan cara mendatangi rumah duka di Desa Candimulyo. Selain itu, keluarga pelaku berjanji akan bertanggungjawab penuh kepada keluarga yang ditinggalkan maupun korban kritis yang masih dirawat di rumah sakit. Soal kaburnya Farid usai kejadian, keluarga beralasan bahwa pelaku sedang panik.
"Kami akan bertanggungjawab kepada keluarga yang ditinggalkan maupun korban kritis yang masih dirawat. Sekali lagi, kami mohon maaf kepada keluarga Mas Bagas," kata Ja'far Sodiq, juru bicara keluarga Wabup Jombang ketika ditemui di RSIJ (Rumah Sakit Islam Jombang), tempat korban kritis dirawat.
Seperti diketahui, kecelakaan maut itu terjadi Sabtu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB. Awalnya, mobil milik Farid parkir di sebelah utara jalan atau depan swalayan Jalan Abdurrahman Wahid Jombang. Tak beberapa lama, pengendara mobil langsung saja putar balik tanpa memperhatikan kondisi arus lalu lintas.
Pada saat bersamaan, melaju motor Satria, S 5691 ZG dari arah timur yang dijoki oleh Bagas Arya Diputra, warga Jl Kemuning Desa Candimulyo dengan membonceng temannya, Eko Wahyudi Utomo (38), warga Desa Mayangan, Jogoroto. Kaget melihat mobil yang tiba-tiba memotong jalur, korban tak bisa mengusai keadaan dan benturan keras pun terjadi.
Kedua korban sempat terpental dan membentur aspal. Akibatnya, Bagas menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Jombang, sedangkan Eko kritis. Ironisnya, menantu wabup yang mengemudikan mobil justru kabur dari lokasi.
Identitas menantu Wabup Jombang itu baru terkuak setelah keluarga korban mendapatkan rekaman kecelakaan itu lewat CCTV milik swalayan di sekitar kejadian perkara. Dari situ kemudian diketahui bahwa nopol mobil jenis CRV yang kabur itu adalah S 905 AJ atas nama Lailatul Ni'mah, warga Dusun Tambakberas Desa Tambakrejo, Jombang yang tak lain istri Farid. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Lantunan salawat nabi langsung menggema begitu Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) beserta rombongan memasuki Ponpes Tebuireng dalam rangka menghadiri puncak haul KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Orang nomor satu di Indonesia itu didampingi sang istri, Ny Ani Yudhoyono.
Mengetahui presiden memasuki lokasi haul, ribuan hadirin sontak berdiri. Mereka ingin melihat secara langsung presiden yang sudah mempimpun dua periode. SBY datang dengan dibalut pakaian serba putih, begitu juga dengan sang istri. Nampak hadir dalam rombongan SBY, sejumlah menteri KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) jilid II. Diantaranya, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menpora Roy Suryo, Menpera Djan Farid, serta Menteri Perindustria MS Hidayat.
Selain itu juga hadir Kapolri Jenderal Sutarman, Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Kemudian Gubernur Jatim Soekarwo beserta wakilnya Saifullah Yusuf. Sedangkan sejumlah kiai sepuh juga terlihat di bangku hadirin paling depan, yakni KH Maimun Zubair dari Ponpes Sarang Rebang Jateng, KH Abdul Aziz Mansyur dari Ponpes Pacul Gowang, serta beberapa kiai lainnya.
Dalam acara haul tersebut, Presiden SBY duduk di barisan paling depan bersama sang istri. Disampig presiden, nampak pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid, kemudian Hj Lily Chadijah Wahid, Hj Sinta Nuriyah Wahid. Seluruh hadirin tersebut nampak khidmat membaca yasin dan tahlil di depan pusara Gus Dur.
Kehadiran presiden SBY ke Tebuireng menjadi magnet tersendiri bagi warga Jombang. Mereka terlihat tumpah ruah memadati Pondok Tebuireng. Di sepanjang jalan menuju Tebuireng, warga juga berderet di pinggir jalan guna melambaikan tangan menyambut kedatangan sang presiden.
Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, salah satu warga yang datang ke Tebuireng mengatakan, ia berangkat dari rumah bersama 25 orang. Tujuannya, untuk ikut membacakan yasin dan tahlil dalam rangka haul Gus Dur ke-4. Menurut Gus Dimas, tokoh pluralis tersebut jasanya sangat besar dalam membangun demokrasi di Indonesia.
"Sebagai warga Jombang, saya sangat berterima kasih kepada Pak SBY yang meluangkan waktu ke Kota Santri guna menghadiri haul ke-4 Gus Dur," kata Gus Dimas yang juga Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Jombang. [suf/kun]
Mengetahui presiden memasuki lokasi haul, ribuan hadirin sontak berdiri. Mereka ingin melihat secara langsung presiden yang sudah mempimpun dua periode. SBY datang dengan dibalut pakaian serba putih, begitu juga dengan sang istri. Nampak hadir dalam rombongan SBY, sejumlah menteri KIB (Kabinet Indonesia Bersatu) jilid II. Diantaranya, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menpora Roy Suryo, Menpera Djan Farid, serta Menteri Perindustria MS Hidayat.
Selain itu juga hadir Kapolri Jenderal Sutarman, Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Kemudian Gubernur Jatim Soekarwo beserta wakilnya Saifullah Yusuf. Sedangkan sejumlah kiai sepuh juga terlihat di bangku hadirin paling depan, yakni KH Maimun Zubair dari Ponpes Sarang Rebang Jateng, KH Abdul Aziz Mansyur dari Ponpes Pacul Gowang, serta beberapa kiai lainnya.
Dalam acara haul tersebut, Presiden SBY duduk di barisan paling depan bersama sang istri. Disampig presiden, nampak pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid, kemudian Hj Lily Chadijah Wahid, Hj Sinta Nuriyah Wahid. Seluruh hadirin tersebut nampak khidmat membaca yasin dan tahlil di depan pusara Gus Dur.
Kehadiran presiden SBY ke Tebuireng menjadi magnet tersendiri bagi warga Jombang. Mereka terlihat tumpah ruah memadati Pondok Tebuireng. Di sepanjang jalan menuju Tebuireng, warga juga berderet di pinggir jalan guna melambaikan tangan menyambut kedatangan sang presiden.
Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas, salah satu warga yang datang ke Tebuireng mengatakan, ia berangkat dari rumah bersama 25 orang. Tujuannya, untuk ikut membacakan yasin dan tahlil dalam rangka haul Gus Dur ke-4. Menurut Gus Dimas, tokoh pluralis tersebut jasanya sangat besar dalam membangun demokrasi di Indonesia.
"Sebagai warga Jombang, saya sangat berterima kasih kepada Pak SBY yang meluangkan waktu ke Kota Santri guna menghadiri haul ke-4 Gus Dur," kata Gus Dimas yang juga Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Pagar Nusa Kecamatan Gudo, Jombang. [suf/kun]
Haul Gus Dur, Tebuireng Mulai Padat Pengunjung
Jum'at, 03 Januari 2014 19:32:48
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Ribuan pengunjung mulai memadati Ponpes Tebuireng Jombang sejak magrib tadi. Kedatangan mereka dalam rangka menghadiri puncak haul ke-4 mantan presiden tersebut. Gelombang massa terus mengalir hingga jalan raya di depan pondok Tebuireng layaknya lautan manusia.
Karena membludaknya pengunjung, tidak semua yang hadir diperbolehkan memasuki area makam. Mereka harus rela mengikuti tahlil di jalan depan pesantren Tebuireng. Sedangkan pengunjung yang bisa masuk, mereka harus melewati pemeriksaan menggunakan metal detektor atau pendeteksi logam.
Ketua Panitia Haul ke-4 Gus Dur, Lukman Hakim menjelaskan, pembacaan yasin dan tahlil tersebut terbuka untuk umum. Namun karena kapasitas pesantren Tebuireng terbatas, akhirnya hanya 5 ribu pengunjung saja yang tertampung di dalam. Sedangkan selebihnya, harus rela mengikuti pembacaan tahlil di luar pondok. "Kapasitas di dalam hanya 5 ribu orang. Sedangkan selebihnya terpaksa mengikuti acara di luar," kata Lukman, Jumat (3/1/2014).
Lukman menjelaskan, untuk pembacaan yasin dan tahlil dipimpin KH Masduki Abdurrahman dari Ponpes Tanfidzil Qur'an Perak Jombang. Selanjutnya, sambutan dari keluarga akan disampaikan istri mendiang Gus Dur, Hj Sinta Nuriyah Wahid. Kemudian, lanjut Lukman, tausyiah disampaikan oleh Habib Lutfi dari Pekalongan. "Dan pastinya Pak Presiden SBY juga akan menyampaikan pidatonya," ujar Lukman. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Ribuan pengunjung mulai memadati Ponpes Tebuireng Jombang sejak magrib tadi. Kedatangan mereka dalam rangka menghadiri puncak haul ke-4 mantan presiden tersebut. Gelombang massa terus mengalir hingga jalan raya di depan pondok Tebuireng layaknya lautan manusia.
Karena membludaknya pengunjung, tidak semua yang hadir diperbolehkan memasuki area makam. Mereka harus rela mengikuti tahlil di jalan depan pesantren Tebuireng. Sedangkan pengunjung yang bisa masuk, mereka harus melewati pemeriksaan menggunakan metal detektor atau pendeteksi logam.
Ketua Panitia Haul ke-4 Gus Dur, Lukman Hakim menjelaskan, pembacaan yasin dan tahlil tersebut terbuka untuk umum. Namun karena kapasitas pesantren Tebuireng terbatas, akhirnya hanya 5 ribu pengunjung saja yang tertampung di dalam. Sedangkan selebihnya, harus rela mengikuti pembacaan tahlil di luar pondok. "Kapasitas di dalam hanya 5 ribu orang. Sedangkan selebihnya terpaksa mengikuti acara di luar," kata Lukman, Jumat (3/1/2014).
Lukman menjelaskan, untuk pembacaan yasin dan tahlil dipimpin KH Masduki Abdurrahman dari Ponpes Tanfidzil Qur'an Perak Jombang. Selanjutnya, sambutan dari keluarga akan disampaikan istri mendiang Gus Dur, Hj Sinta Nuriyah Wahid. Kemudian, lanjut Lukman, tausyiah disampaikan oleh Habib Lutfi dari Pekalongan. "Dan pastinya Pak Presiden SBY juga akan menyampaikan pidatonya," ujar Lukman. [suf/kun]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Rencana kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Ponpes Tebuireng Jombang dalam rangka puncak haul ke-4 Gus Dur, Jumat (3/1/2014) lusa mendapat penolakan dari sejumlah elemen mahasiswa setempat.
Sejumlah elemen mahasiswa yang melakukan penolakan yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), serta KMJ (Komunitas Mahasiswa Jombang).
Tiga elemen mahasiswa tersebut menggelar aksi turun jalan di depan kampus Undar, Rabu (1/1/2014). Mahasiswa menilai, kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu hanya untuk pencitraan belaka. "Kedatangan SBY ke Jombang hanya untuk pencitraan. Oleh karena itu kami menolak dengan tegas," kata salah satu aktivis dalam orasinya.
Selain melakukan orasi secara bergantian, dalam aksi tersebut mereka juga membentangkan poster dan spanduk bernada hujatan. Bukan itu saja, mahasiswa juga membakar ban bekas di jalan raya sebagai bentuk protes. Akibatnya, jalan KH Abdurrahman Wahid yang ada di depan Undar padat merayap.
Muslih, salah satu mahasiswa mengatakan, selama 10 tahun kepemimpinan SBY tidak ada kemajuan yang signifikan. Dengan kata lain, kabinet yang dibentuk oleh SBY selama dua periode cenderung gagal. "SBY hanya sibuk memoles citra, sedangkan kebijakan pro rakyat tidak pernah dilaksanakan," ungkapnya.
Mahasiswa berencana terus menggelar aksi penolakan SBY itu hingga puncak haul Gus Dur. Meski tidak terjadi kericuhan, demo mahasiswa itu mendapat pengawalan ketat dari petugas kepolisian. [suf/ted]
Jombang (beritajatim.com) - Rencana kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Ponpes Tebuireng Jombang dalam rangka puncak haul ke-4 Gus Dur, Jumat (3/1/2014) lusa mendapat penolakan dari sejumlah elemen mahasiswa setempat.
Sejumlah elemen mahasiswa yang melakukan penolakan yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), serta KMJ (Komunitas Mahasiswa Jombang).
Tiga elemen mahasiswa tersebut menggelar aksi turun jalan di depan kampus Undar, Rabu (1/1/2014). Mahasiswa menilai, kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu hanya untuk pencitraan belaka. "Kedatangan SBY ke Jombang hanya untuk pencitraan. Oleh karena itu kami menolak dengan tegas," kata salah satu aktivis dalam orasinya.
Selain melakukan orasi secara bergantian, dalam aksi tersebut mereka juga membentangkan poster dan spanduk bernada hujatan. Bukan itu saja, mahasiswa juga membakar ban bekas di jalan raya sebagai bentuk protes. Akibatnya, jalan KH Abdurrahman Wahid yang ada di depan Undar padat merayap.
Muslih, salah satu mahasiswa mengatakan, selama 10 tahun kepemimpinan SBY tidak ada kemajuan yang signifikan. Dengan kata lain, kabinet yang dibentuk oleh SBY selama dua periode cenderung gagal. "SBY hanya sibuk memoles citra, sedangkan kebijakan pro rakyat tidak pernah dilaksanakan," ungkapnya.
Mahasiswa berencana terus menggelar aksi penolakan SBY itu hingga puncak haul Gus Dur. Meski tidak terjadi kericuhan, demo mahasiswa itu mendapat pengawalan ketat dari petugas kepolisian. [suf/ted]
Polisi Dorong Mahasiswa, Demo Tolak SBY Ricuh
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kericuhan sempat mewarnai aksi mahasiswa yang tergabung dalam GAM (Gabungan Aktivis Mahasiswa) Jombang saat turun jalan menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jl Wahid Hasyim atau sebelah utara stasiun Jombang, Kamis (2/1/2014). Puluhan aktivis tersebut didorong polisi dari tengah jalan hingga ke tepi.
Praktis ketegangan antara keduanya tidak terhindarkan. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang nyaris terjatuh ketika terjadi aksi dorong. Hanya saja, aksi kericuhan itu tidak berlangsung lama, karena mahasiswa memilih mundur. "Kami bukan teroris, mengapa demo kami dibubarkan," ujar Kombun, salah satu pendemo.
Awalnya, demo puluhan aktivis mahasiswa yang merupakan aliansi tiga elemen, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), serta KMJ (Komunitas Mahasiswa Jombang) ini berlangsung lancar. Mahasiswa menggelar orasi secara bergantian. Selain itu, mereka juga membeber spanduk bernada hujatan.
Diantaranya 'Haul Gus Dur Bukan Ajang Pencitraan', Jangan Politisasi Haul Gus Dur', serta 'SBY Presiden Rakyat Bukan Presiden Partai'. Namun kelancaran itu berubah menjadi ketegangan ketika ada iring-iringan mobil polisi mobil polisi. Korps berseragam cokelat ini kemudian mendorong mahasiswa ke tepi jalan. Awalnya mahasiswa melawan, namun karena kalah jumlah, para aktivis ini lebih memilih mengalah.
Kombun salah satu mahasiswa mengatakan, kedatangan SBY ke puncak haul Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jumat besok syarat dengan kepentingan. Menurutnya, kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut hanya untuk kepentingan pencintraan. "Makanya kami menolak kadatangan SBY," kata aktivis GMNI Jombang, ini.
Hal senada juga dilontarkan Syamsul Niam, aktivis lainnya. Bahkan ia dan kawan-kawannya sepakat untuk menggelar aksi terus hingga datangnya SBY. "Sekali lagi kami menolak kedatangan SBY," pungkas Syamsul. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Kericuhan sempat mewarnai aksi mahasiswa yang tergabung dalam GAM (Gabungan Aktivis Mahasiswa) Jombang saat turun jalan menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jl Wahid Hasyim atau sebelah utara stasiun Jombang, Kamis (2/1/2014). Puluhan aktivis tersebut didorong polisi dari tengah jalan hingga ke tepi.
Praktis ketegangan antara keduanya tidak terhindarkan. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang nyaris terjatuh ketika terjadi aksi dorong. Hanya saja, aksi kericuhan itu tidak berlangsung lama, karena mahasiswa memilih mundur. "Kami bukan teroris, mengapa demo kami dibubarkan," ujar Kombun, salah satu pendemo.
Awalnya, demo puluhan aktivis mahasiswa yang merupakan aliansi tiga elemen, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), serta KMJ (Komunitas Mahasiswa Jombang) ini berlangsung lancar. Mahasiswa menggelar orasi secara bergantian. Selain itu, mereka juga membeber spanduk bernada hujatan.
Diantaranya 'Haul Gus Dur Bukan Ajang Pencitraan', Jangan Politisasi Haul Gus Dur', serta 'SBY Presiden Rakyat Bukan Presiden Partai'. Namun kelancaran itu berubah menjadi ketegangan ketika ada iring-iringan mobil polisi mobil polisi. Korps berseragam cokelat ini kemudian mendorong mahasiswa ke tepi jalan. Awalnya mahasiswa melawan, namun karena kalah jumlah, para aktivis ini lebih memilih mengalah.
Kombun salah satu mahasiswa mengatakan, kedatangan SBY ke puncak haul Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jumat besok syarat dengan kepentingan. Menurutnya, kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut hanya untuk kepentingan pencintraan. "Makanya kami menolak kadatangan SBY," kata aktivis GMNI Jombang, ini.
Hal senada juga dilontarkan Syamsul Niam, aktivis lainnya. Bahkan ia dan kawan-kawannya sepakat untuk menggelar aksi terus hingga datangnya SBY. "Sekali lagi kami menolak kedatangan SBY," pungkas Syamsul. [suf/kun]
Jelang Kedatangan SBY, Dua Panser Siaga di Tebuireng
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Sebanyak dua unit mobil panser sudah siaga di Ponpes Tebuireng Jombang menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Orang nomor satu di Indonesia itu akan hadir dalam puncak haul Gus Dur yang dihelat Jumat malam (3/1/2014).
Selain panser, ratusan petugas berseragam loreng juga sudah memadati lokasi makam mantan presiden tersebut. Pasukan dari TNI tersebut sedang mengadakan gladi bersih. Sementara itu tepat di samping makam Gus Dur, panitia sibuk mendirikan panggung berukuran mini.
Sementara itu, untuk pengamanan orang nomor satu di Indonesia tersebut Polres Jombang menerjunkan sekitar 601 personel ditambah pasukan brimob satu kompi. Selain itu juga melibatkan dalmas Sabhara Polda satu kompi. "Kita juga mendatangkan bantuan dari Polres Nganjuk satu kompi, kemudian Polres Kediri satu kompi," ujar Wakapolres Jombang, Kompol Sumardji, Kamis (2/1/2014). [suf/ted]
Jombang (beritajatim.com) - Sebanyak dua unit mobil panser sudah siaga di Ponpes Tebuireng Jombang menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Orang nomor satu di Indonesia itu akan hadir dalam puncak haul Gus Dur yang dihelat Jumat malam (3/1/2014).
Selain panser, ratusan petugas berseragam loreng juga sudah memadati lokasi makam mantan presiden tersebut. Pasukan dari TNI tersebut sedang mengadakan gladi bersih. Sementara itu tepat di samping makam Gus Dur, panitia sibuk mendirikan panggung berukuran mini.
Sementara itu, untuk pengamanan orang nomor satu di Indonesia tersebut Polres Jombang menerjunkan sekitar 601 personel ditambah pasukan brimob satu kompi. Selain itu juga melibatkan dalmas Sabhara Polda satu kompi. "Kita juga mendatangkan bantuan dari Polres Nganjuk satu kompi, kemudian Polres Kediri satu kompi," ujar Wakapolres Jombang, Kompol Sumardji, Kamis (2/1/2014). [suf/ted]
Jombang (beritajatim.com) - Malam pergantian tahun di Jombang bakal meriah. Betapa tidak, selain panggung musik, atraksi seni barongsai dan pentas kesenian ludruk ikut beraksi dalam menyambut tahun 2014.
Sedikitnya, ada enam titik yang dijadikan tempat berkumpulnya massa di sepanjang Jalan Gus Dur dan Jalan Wahid Hasyim. Karena itu pula, sejak pukul 18.00 WIB, jalan protokol tersebut ditutup dan dikemas dalam 'car freeday night'. Lebih meriah lagi, perayaan malam tahun baru itu juga dipoles dengan pesta kembang api dan penampilan sejumlak komunitas. Semisal, komunitas penggermar reptil Jombang alias Ricoper.
"Sebanyak enam panggung di Jalan Wahid Hasyim. Kemudian di Jalan Gus Dur ada pentas ludruk, tepatnya di depan kantor pegadaian. Sedangkan di perempatan taman Kebonrojo, ada atraksi seni barongsai," kata Jalaluddin, salah satu panitia yang tergabung dalam FKH (Forum Komunitas Hijau), Selasa (31/12/2013).
Dia menjelaskan, panggung hiburan malam tahun baru mulai dari Bundaran Ringin Contong hingga Taman Kebonrojo. Rinciannya, di perempatan Kebonrojo ada seni barongsai. Kemudian di depan kantor PWI digelar aksi komunitas hijau yang menampilkan band lokal, komunitas parkour gen, BMX Focuz Flat and Street, serta komunitas penghobi reptil.
Sedangkan di depan BRI, depan kantor DPRD, depan Bank Jatim, serta Bank Jatim menyuguhkan penampilan musik dari dangdut hingga band-band anak muda. "Terakhir di depan Makodim 0814 ada nonton bareng (nobar) film," pungkas Jalaluddin. [suf/ted]
Sedikitnya, ada enam titik yang dijadikan tempat berkumpulnya massa di sepanjang Jalan Gus Dur dan Jalan Wahid Hasyim. Karena itu pula, sejak pukul 18.00 WIB, jalan protokol tersebut ditutup dan dikemas dalam 'car freeday night'. Lebih meriah lagi, perayaan malam tahun baru itu juga dipoles dengan pesta kembang api dan penampilan sejumlak komunitas. Semisal, komunitas penggermar reptil Jombang alias Ricoper.
"Sebanyak enam panggung di Jalan Wahid Hasyim. Kemudian di Jalan Gus Dur ada pentas ludruk, tepatnya di depan kantor pegadaian. Sedangkan di perempatan taman Kebonrojo, ada atraksi seni barongsai," kata Jalaluddin, salah satu panitia yang tergabung dalam FKH (Forum Komunitas Hijau), Selasa (31/12/2013).
Dia menjelaskan, panggung hiburan malam tahun baru mulai dari Bundaran Ringin Contong hingga Taman Kebonrojo. Rinciannya, di perempatan Kebonrojo ada seni barongsai. Kemudian di depan kantor PWI digelar aksi komunitas hijau yang menampilkan band lokal, komunitas parkour gen, BMX Focuz Flat and Street, serta komunitas penghobi reptil.
Sedangkan di depan BRI, depan kantor DPRD, depan Bank Jatim, serta Bank Jatim menyuguhkan penampilan musik dari dangdut hingga band-band anak muda. "Terakhir di depan Makodim 0814 ada nonton bareng (nobar) film," pungkas Jalaluddin. [suf/ted]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Kepolisian Resort Jombang membekuk seorang penyiar radio bernama Benny Arifin (51), warga Dusun/Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, usai menggelar pesta sabu-sabu (SS) di rumah temannya.
Selain Benny, petugas juga meringkus Ilham Yunanto alias Weci (30), warga Perum Pondok Indah, Tunggorono yang juga ikut pesta barang haram
tersebut. Dari tangan keduanya, petugas memperoleh barang bukti seperangkat alat hisap, 1 pipet yang diduga terdapat sisa sabu, 1 korek api, dan sebuah HP yang digunakan sebagai sarana transaksi mendapatkan sabu-sabu.
"Penangkapan keduanya kita lakukan kemarin sekitar pukul 09.00 WIB di Dusun Dayu, Desa Tunggorono. Kedua tersangka langsung kita jebloskan dalam sel tahanan," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP
Sugeng Widodo, Senin (30/12/2013).
Widodo mengungkapkan, penangkapan dua tersangka itu berawal dari informasi masyarakat. Selanjutnya, korps berseragam cokelat melakukan
penyelidikan guna memastikan kabar tersebut. Saat melakukan penyelidikan, petugas kembali mendapat informasi kalau tersangka sedang mengggelar pesta sabu di rumah temannya.
Petugas pun segera bergerak menuju lokasi yang dimaksud untuk melakukan penggrebekan. Namun, sebelum tiba di lokasi, petugas melihat Benny dan Weci tengah melintas di kawasan Jl Mayjend Sungkono, Dusun Dayu. karena curiga, petugas langsung menyergapnya.
Kontan saja, kedua tersangka kaget. Saat digeledah, petugas menemukan sejumlah barang bukti. Tanpa banyak kata, dua tersangka digelandang ke mapolres untuk penyidikan lebih lanjut.
Dari pengakuan keduanya, petugas pun mendapatkan nama tersangka lain yang merupakan teman nyabu kedua tersangka, yakni Ragil Bianto alias Gepeng (34), warga Perum Pondok Indah, Tunggorono.
Sekitar pukul 11.00, petugas langsung menggrebek rumahnya yang dijadikan tempat ketiganya pesta sabu. Ketika digeledah, petugas mendapatkan barang bukti berupa 1 pipet isi sisa sabu, 1 klip plastik kecil isi sabu seberat 0,42 gram dan 2 korek gas.
Gepeng juga tak bisa mengelak dan pasrah ketika dibekuk polisi. "Kami terus melakukan pemeriksaan guna mengungkap pemasok sabu di Jombang," pungkas Widodo. [suf/ted]
Selain Benny, petugas juga meringkus Ilham Yunanto alias Weci (30), warga Perum Pondok Indah, Tunggorono yang juga ikut pesta barang haram
tersebut. Dari tangan keduanya, petugas memperoleh barang bukti seperangkat alat hisap, 1 pipet yang diduga terdapat sisa sabu, 1 korek api, dan sebuah HP yang digunakan sebagai sarana transaksi mendapatkan sabu-sabu.
"Penangkapan keduanya kita lakukan kemarin sekitar pukul 09.00 WIB di Dusun Dayu, Desa Tunggorono. Kedua tersangka langsung kita jebloskan dalam sel tahanan," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP
Sugeng Widodo, Senin (30/12/2013).
Widodo mengungkapkan, penangkapan dua tersangka itu berawal dari informasi masyarakat. Selanjutnya, korps berseragam cokelat melakukan
penyelidikan guna memastikan kabar tersebut. Saat melakukan penyelidikan, petugas kembali mendapat informasi kalau tersangka sedang mengggelar pesta sabu di rumah temannya.
Petugas pun segera bergerak menuju lokasi yang dimaksud untuk melakukan penggrebekan. Namun, sebelum tiba di lokasi, petugas melihat Benny dan Weci tengah melintas di kawasan Jl Mayjend Sungkono, Dusun Dayu. karena curiga, petugas langsung menyergapnya.
Kontan saja, kedua tersangka kaget. Saat digeledah, petugas menemukan sejumlah barang bukti. Tanpa banyak kata, dua tersangka digelandang ke mapolres untuk penyidikan lebih lanjut.
Dari pengakuan keduanya, petugas pun mendapatkan nama tersangka lain yang merupakan teman nyabu kedua tersangka, yakni Ragil Bianto alias Gepeng (34), warga Perum Pondok Indah, Tunggorono.
Sekitar pukul 11.00, petugas langsung menggrebek rumahnya yang dijadikan tempat ketiganya pesta sabu. Ketika digeledah, petugas mendapatkan barang bukti berupa 1 pipet isi sisa sabu, 1 klip plastik kecil isi sabu seberat 0,42 gram dan 2 korek gas.
Gepeng juga tak bisa mengelak dan pasrah ketika dibekuk polisi. "Kami terus melakukan pemeriksaan guna mengungkap pemasok sabu di Jombang," pungkas Widodo. [suf/ted]
Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Jombang menerjunkan 600 anggotanya dalam rangka pengamanan puncak haul ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Ponpes Tebuireng, 3 Januari mendatang. Dalam acara puncak itu, presiden Susilo Bambang Yudhiyono (SBY) juga dijadwalkan hadir.
Dari ratusan personel itu, sekitar 20 sampai 25 orang merupakan Banser khusus atau yang biasa disebut Densus (Detasemen Khusus) 99. Tim berpakaian preman ini siap mendeteksi keadaan sebelum kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Densus 99 merupakan tim khusus untuk penaggulangan teroris yang dimiliki Banser.
"Untuk pengamanan puncak haul Gus Dur yang dihadiri presiden, kami menerjunkan 600 anggota Banser. Selain melakukan pengamanan di lokasi, Banser juga siaga di sepanjang jalan menuju Ponpes Tebuireng," kata Ketua GP Ansor Jombang, Solahul Am Natobuono atau Gus Aam, Senin (30/12/2013).
Bendahara Umum Ansor Jombang, Zulfikar D Ikhwanto menambahkan, jumlah 600 orang Banser itu kemungkinan bertambah mengingat ada Banser sukarela dari beberapa kecamatan. Selain Densus 99, pengamanan haul mantan presiden itu juga menerjunkan Balalin atau Banser Lalu Lintas serta Bagana alias Banser Tanggap Bencana.
Ia juga mengatakan, sudah menjadi kwajiban bagi Ansor untuk melakukan pengamanan di acara puncak haul tersebut. Maklum saja, di kalangan nahdliyin Gus Dur merupakan tokoh yang dihormati. Selain itu Gus Dur juga cucu pendiri NU dan mantan Ketua Umum PBNU selama tiga periode. "Seluruh persiapan sudah kami lakukan. Sekali lagi, dalam puncak haul Gus Dur itu kami menerjunkan 600 personel Banser," punkas Zulfikar.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur lahir di Jombang, pada 7 September 1940 dan wafat di Jakarta pada 30 Desember 2009, pada usia 69 tahun. Selain pernah menjabat Presiden, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh pluralis di Indonesia. [suf/kun]
Dari ratusan personel itu, sekitar 20 sampai 25 orang merupakan Banser khusus atau yang biasa disebut Densus (Detasemen Khusus) 99. Tim berpakaian preman ini siap mendeteksi keadaan sebelum kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Densus 99 merupakan tim khusus untuk penaggulangan teroris yang dimiliki Banser.
"Untuk pengamanan puncak haul Gus Dur yang dihadiri presiden, kami menerjunkan 600 anggota Banser. Selain melakukan pengamanan di lokasi, Banser juga siaga di sepanjang jalan menuju Ponpes Tebuireng," kata Ketua GP Ansor Jombang, Solahul Am Natobuono atau Gus Aam, Senin (30/12/2013).
Bendahara Umum Ansor Jombang, Zulfikar D Ikhwanto menambahkan, jumlah 600 orang Banser itu kemungkinan bertambah mengingat ada Banser sukarela dari beberapa kecamatan. Selain Densus 99, pengamanan haul mantan presiden itu juga menerjunkan Balalin atau Banser Lalu Lintas serta Bagana alias Banser Tanggap Bencana.
Ia juga mengatakan, sudah menjadi kwajiban bagi Ansor untuk melakukan pengamanan di acara puncak haul tersebut. Maklum saja, di kalangan nahdliyin Gus Dur merupakan tokoh yang dihormati. Selain itu Gus Dur juga cucu pendiri NU dan mantan Ketua Umum PBNU selama tiga periode. "Seluruh persiapan sudah kami lakukan. Sekali lagi, dalam puncak haul Gus Dur itu kami menerjunkan 600 personel Banser," punkas Zulfikar.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur lahir di Jombang, pada 7 September 1940 dan wafat di Jakarta pada 30 Desember 2009, pada usia 69 tahun. Selain pernah menjabat Presiden, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh pluralis di Indonesia. [suf/kun]
Top 5 Popular of The Week
-
Setelah sukses mengarahkan Ghajini versi Tamil di tahun 2005, sutradara A. R. Murugadoss di tahun 2008 meremake kembali film yang saat itu d...
-
Rangeomorphs © Jennifer Hoyal Cuthill Kehidupan di Bumi ada sejak sekitar 4,28 miliar tahun lalu. Namun hingga kini masih ada perd...
-
TobaTimes - Sungguh gila dan memprihatinkan. Pergaulan siswa SMP di Samarinda, Kalimantan Timur, semakin liar. Mereka tak segan-segan berbua...
-
Gopiyon sang ghoome Kanhaiya - Krishna berkelana dengan Gopis Raas rachaiyya, raha na jaye re - Dia bermain dengan mereka, tidak bisa berh...
-
TobaTimes, Kaltim - Zaman semakin meresahkan. Pergaulan remaja juga semakin gila. Antara lain terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, semaki...
-
TobaTimes - Seorang gadis remaja yanga bahenol berusia 15 tahun, dicabuli DD (30), seorang mandor sebuah perusahaan perkebunan di Desa Mend...
-
Alya Dior dikenal karena belasan fotonya yang berani tampil seksi di Majalah SISILA edisi Tebaru. Kendati sudah terbit dan beredar sejak awa...
-
TobaTimes - Dua gadis muda masing-masing berinisial W (13) dan A (15), diselamatkan dari lokalisasi Peleman di Suradadi, Kabupaten Tegal, b...
-
Tiap masakan yang dibuat seperti tidak pernah tidak menggunakan garam. Tapi, ada bahan lain yang bisa menggantikan garam dalam masakan. Jadi...
-
Revi Mariska, pesinetron Angling Darma, rupanya juga mengikuti kasus video Prilly Latuconsina. Melalui akun Twitternya, ia berkicau tentang ...