Surat Utang Rp 14 Triliun Milik 3 Bank BUMN Laku Keras, Ini Alasannya

Direktur Treasury dan Internasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Pandji Irawan Follow @bareksacom   news Terkait

Bareksa.com - Obligasi yang ditawarkan oleh bank milik negara sepanjang semester I-2017 meraup hasil yang signifikan. Surat utang yang diterbitkan oleh tiga bank pelat merah senilai total Rp 14 triliun tersebut laku keras. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat hasil obligasi melebihi target (oversubscribed) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sesuai target (fully subscribed).

Direktur Treasury dan International BNI, Panji Irawan, menjelaskan, penerbitan obligasi tahap I 2017 yang sebesar Rp 3 triliun mengalami oversubscribed 1,7 kali. “Permintaan yang kami terima lebih besar dari target yang dipatok," ujar dia di Jakarta, Rabu, 12 Juli 2017.

Dengan pencapaian pada tahap I tersebut, bank badan usaha milik negara (BUMN) tersebut berencana menerbitkan obligasi lagi pada kuartal IV 2017. Adapun nilai yang diterbitkan mencapai Rp 7 triliun. Selain menerbitkan obligasi, perseroan juga berencana menerbitkan sertifikat deposito yang diperdagangkan (negotiable certificate deposit/NCD). Opsi lainnya adalah menerbitkan repo dan pinjaman bank asing.

Sementara itu, BTN juga baru selesai menawarkan obligasi dan dana yang diperoleh sesuai dengan target sebesar Rp 5 triliun. "Dana dari obligasi diharapkan bisa masuk pada 13 Juli 2017," ujar Direktur BTN, Iman Nugroho Soeko.

Direktur Utama BTN Maryono, menambahkan obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap I Tahun 2017 yang diterbitkan dalam 4 seri tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 14 Juli esok. Adapun untuk besaran kupon seri A bertenor 3 tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,3 persen,  seri B yang bertenor 5 tahun, tingkat bunganya sebesar 8,5 persen dan seri C yang bertenor 7 tahun memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,7 persen. Kemudian Seri D yang bertenor 10 tahun  memiliki tingkat bunga tetap sebesar 8,9 persen.

Dari empat seri tersebut, seri A dan seri D mencatatkan penyerapan tertinggi, masing-masing Rp 1,466 triliun dan Rp 1,38 triliun, sementara seri B sebesar 1,29 triliun dan seri C sebesar Rp 853 miliar. Adapun bunga obligasi akan dibayarkan setiap tiga bulan sesuai dengan tanggal pembayaran masing-masing bunga obligasi. Pembayaran bunga obligasi pertama akan dibayarkan pada 13 Oktober 2017.

“Obligasi tersebut mendapat sambutan baik, terutama dari dana pensiun yang mencatatkan pembelian terbanyak,” kata dia.
 
Adapun, penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) BTN dengan target senilai Rp 10 triliun. Obligasi ini pun disematkan rating idAA+ (Double A Plus) oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Penyerapan yang optimal dari obligasi ini akan dimanfaatkan bank berkode saham BBTN untuk ekspansi pembiayaan.

Untuk penerbitan surat berharga ini, BTN menunjuk PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT CIMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekurtias Indonesia Tbk dan PT Mandiri Sekuritas. sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi.

Hingga saat ini Bank BTN  telah 22 kali menerbitkan obligasi dan 1 kali menerbitkan obligasi subordinasi. Dari keseluruhan obligasi tersebut hingga kini total obligasi yang telah lunas dan jatuh tempo sebesar Rp 6,1 triliun, sedangkan total outstanding yang jumlah pokoknya belum dilunasi yakni sekitar Rp 17,95 triliun.

Sesuai dengan rencana awal, dana segar hasil penjualan obligasi akan digunakan untuk ekspansi kredit, terutama kredit kepemilikan rumah (KPR) yang merupakan core business dari BTN. Dengan penguatan pendanaan dari pasar modal, BTN masih konsisten dengan target pertumbuhan kredit sebesar 21-22 persen pada 2017. Pertumbuhan nilai kredit KPR per Juni  tahun ini mencapai kurang lebih 13 persen dibandingkan Juni tahun sebelumnya.

Sementara itu, Bank Mandiri menerbitkan surat utang dalam skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap II 2017 senilai Rp 6 triliun guna membiayai ekspansi kredit perseroan. Dalam proses book building, perseroan menerima permintaan hingga Rp 8,92 triliun atau kelebihan permintaan (oversubscribed) 1,79 kali dari target indikatif awal Rp 5 triliun.

“Dari nilai tersebut, kami menerbitkan obligasi tanpa kupon atau zero coupon bond sebesar Rp 1 triliun sebagai bagian dari inisiatif untuk mendiversifikasi instrumen pembiayaan perseroan. Ini menjadikan Mandiri sebagai bank pertama di Indonesia yang menerbitkan obligasi tanpa kupon,” tutur SVP Treasury Bank Mandiri, Farida Thamrin.

Dalam aksi korporasi ini, Bank Mandiri menunjuk lima perusahaan penjamin emisi yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas dan Danareksa Sekuritas.

Obligasi berkelanjutan I tahap II ini diterbitkan dalam dua jenis instrumen yaitu coupon bond dan zero coupon bond. Untuk coupon bond, Bank Mandiri menerbitkan seri A 5 tahun dengan kupon 8 persen, seri B 7 tahun dengan kupon 8,5 persen dan seri C 10 tahun dengan kupon 8,65 persen.  Sedangkan zero coupon bond, Bank Mandiri menerbitkan seri D 3 tahun dengan yield 7,8 persen.

Sebelumnya, Bank Mandiri juga menerbitkan obligasi sebesar Rp 5 triliun melalui Penawaran umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap I. Secara keseluruhan, target penerbitan obligasi melalui PUB I adalah sebesar Rp 14 triliun yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2016-2018.(K09)

taken from http://www.bareksa.com/id/text/2017/07/13/surat-utang-rp-14-triliun-milik-3-bank-bumn-laku-keras-ini-alasannya/15969/news


No comments:

Write a Comment


Top